Pages

Wednesday, June 29, 2016

Kesenian Wayang Golek



1. Asal-usul
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.

2. Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970--1980.

3. Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

4. Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.
WAYANG GOLEK



ASAL MULA

Asal mula wayang golek tidak diketahui secara lengkap, dan jelas. Tapi sebenarnya wayang golek merupakan pengembangan dari wayang kulit. Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1853 M sunan kudus membuat wayang yang berbahan dari kayu, dan diberi nama wayang golek, dan dapat dimainkan atau dipentaskan pada waktu siang hari. Selain itu Ismunandar (1988) mengatakan pada awal abad ke-16, sunan kudus membuat bangun wayang purwo sebanyak 70 buah dengan cerita menak yang diiringi oleh gamelan salendro, bentuknya menyerupai boneka, tidak memerlukan klir, berbahan kayu oleh karna itu dinamakan wayang golek. 

Awalnya yang diceritakan dalam cerita wayang golek adalah cerita panji, dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon wayang golek ini ada sejak masa panembahan ratu (cicit sunan gunung jati (1540-1650)) didaerah cirebon. Pada masa itu disebut wayang papak atau cepak, karena bentuknya datar. Pada masa pangeran grilaya (1650-1662) wayang papak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad, dan sejarah tanah jawa. Lakon pada waktu itu bernuansa atau berkisar pada penyebaran agama islam, dengan lakon cerita ramayana, dan mahabrata (wayang golek purwa) yang lahir pada tahun 1840 (Somantri 1988).

Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh dalem karang anyar (Wiranata kusumah III) pada masa akhir jabatanya. Pada masa itu beliaw memerintah kiDarman (penyungging wayang kulit, dari tegal) yang tinggal dicibiru, ujung berung, untuk membuat wayang dari kayu, tetapi berbentuk gepeng menyerupai wayang kulit. Tetapi atas anjuran dalem itu sendiri wayang yang berbentuk gepeng itu dbuat berbentuk bulat, seperti wayang-wayang sekarang kebanyakan. Perkenalan wayang golek dipriangan, dikenal pada abad -19 sejak dibukanya jalan raya Daendels. Mulanya pementasan wayang golek dibawakan dengan bahasa jawa, namun setelah orang sunda pandai mendalang, dirubah menjadi ke bahasa sunda.



wayang golek modern

Wayang golek merupakan salah satu kebudayaan asli indonesia, yang berasal dari jawa barat, dan sampai saat ini masih bertahan dikalangan masyarakat. Namun walaupun wayang golek ini merupakan ciri khas suku sunda, tetapi tidak banyak orang yang tau asal usul wayang golek itu sendiri. sebab sudah terkonstaminasi oleh kebudayaan-kebudayaan asing, yang mungkin lebih dminati oleh masyarakat indonesia pada umumnya. 

Kendati demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini, kesenian wayang golek ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Karena kesenian wayang golek ini oleh sebagian orang yang masih peduli akan kebudayaan asli, yang diwariskan oleh nenek moyang, dimodernisasikan, serta diberi sentuhan-sentuhan yang tidak membuat masyarakat bosan. Contohny sebuah paguyuban wayang golek yang berasal dari Bandung yaitu paguyuban wayang golek GIRIHARJA dengan dalangnya yang sudah dikenal, yaitu Kidalang Asep Sunandar Sunarya putra dari dalang senior Kidalang abah Sunarya. Ki dalang Asep Sunandar S mampu membuat masyarakat kembali mencintai kesenian wayang golek, dengan permainan yang sudah dimodernisasikan, seperti muntah, dan makan mie, serta teknik-teknik lainya, dan dikalaborasikan dengan bodoran-bodoran yang membuat yang menontonya tidak merasa bosan.

Sebelum ki dalang Aep Sunandar Sunarya, masih banyak lagi dalang-dalang kondang yang sudah memodernisasikan, seperti kaka dari kidalang Asep Sunandar S yaitu Kidalang Ade kosasih sunarya, terdahulu dan  masih banyak dalang lainya.
Dari inspirasi, dan inovasi serta kerja keras dalang-dalang itu, akhirnya seni wayang golek banyak diminati bukan hanya di kalangan masyarakat indonesia saja, namun sudah memancanegara seperti amerika, inggris, prancis dan banyak negara-negara lainya. tidak sedikit juga peminat-peminat dari kalangan muda yang muncul ikut melestarikan kebudayaan wayang golek, contohnya putu girharja yaitu Kidalang Dadan sunandar Sunarya, Kidalang adhi kontea kosasih sunarya, dan masih banyak lainya, mereka ikut melestarikan budaya seni wayang golek, dengan inovasi-inovasi mereka yang lebih modern. Sampai ada yang dikalaborasikan dengan sentuhan-sentuhan luar, contohnya sudah kita ketahui alat-alat yang digunakan untuk mengiringi wayang golek adalah alat musik tradisional, seperti kendang, goong, bonang dll. namu oleh sebagian dalang-dalang masa kini ditambah alat-alat musik modrn seperti gitar, drum dll, untuk mengiringi dalam pementasan wayang golek.

PEMBUATAN WAYANG GOLEk
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. cara pembuatanya dengan cara meraut dan mengukirnya, sehingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir, dan motif dikepala wayang, digunakan cat duko, dengan cat ini wayang menjadi lebih cerah. Pewarnaan wayang sangat penting, karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang digunakan dalam wayang ada 4: Merah, Putih, Prada, dan Hitam.

Adapun sebuah industri yang membuat wayang golek, yang beralamat di ds. jelekong, kec. ciparai, kab. bandung, dan diberi nama "Graha Wayang Golek Big Giriharaja" pengelola industeri ini bernama Suherman Sunanndar, Beliaw sebenarnya adalah salah satu putra dari dalang senior yaitu Kidalang Abah Sunarya, ia tidak seperti sodara-sodaranya yang justru lebih menggeluti propesi ayahny yaitu menjadi seorang dalang, namun suherman sunandar lebih menggeluti dalam pembuatan wayang golek. Namun seiring perkembangan usia yang semakin lanjut, beliaw tidak lagi berkecimbung lagi dalam industri pembuatan wayang golek, dan pada tahun 1997 beliaw telah mewariskan kepada anak mantunya yang bernama Barnas Sabunga.

Dibawah pimpinan Barnas yang semula murni untuk melestarikan kesenian wayang golek, kini dikelola secara profesional, sehingga setahap demi setahap industeri kerajinan itu dapat menghasilkan uang. Sebagian dari penghasilan yang diperoleh dari industeri itu, disisihkan barnas untuk membangun perpustakaan, dam musiem wayang golek. Selain membuat kesenian wayang golek, graha wayang golek big giriharja juga memproduksi lukisan-lukisan karya istrinya, yang juga dipajang di graha wayang golek big giriharja.

No comments:

Post a Comment