Terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 2.968 m (9.737 kaki). Lokasinya meliputi Klaten, Boyolali,
Magelang (Jawa Tengah) dan Sleman (DI Yogyakarta). Gunung Merapi merupakan
gunung berapi yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau
Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus
bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Berdasarkan sejarah, Gunung Merapi mulai tampil sebagai
gunung api sejak tahun 1006, ketika itu tercatat sebagai letusannya yang
pertama (Data Dasar Guungapi Indonesia, 1979). Sampai Letusan Februari 2001,
sudah tercatat meletus sebanyak 82 kejadian. Secara
rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 – 5
tahun, sedangkan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun. Siklus terpanjang pernah
tercatat setelah mengalami istirahat selama >30 tahun, terutama pada masa
awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 catatan kegiatan Merapi
mulai kontinyu dan terlihat bahwa, siklus terpanjang pernah dicapai selama 71
tahun ketika jeda antara tahun 1587 dan kegiatan 1658.
Erupsi Gunung Merapi selalu dilalui dengan proses yang
panjang yang dimulai dengan pembentukan kubah, guguran lava pijar, awan panas
yang secara definisi sesungguhnya awal dari erupsi tipe efusif. Di bawah ini
ditampilkan tabel yang memuat waktu letusan dan lamanya letusan tersebut yang
dihitung sejak masa awal proses erupsi hingga letusan puncak secara menyeluruh
Tabel 1. Daftar masa letusan, lamanya kegiatan, dan masa
istirahat Gunung Merapi
sejak tahun 1871 (Suparto
S. Siswowidjojo, 1997, disempurnakan)
Tahun
Kegiatan
|
Lamanya
Kegiatan (tahun)
|
Masa Istirahat/
Lama Istirahat (tahun)
|
Waktu Letusan Puncak
|
1871-1872 (*)
1878-1879
1882-1885
1886-1888
1890-1891
1892-1894
1898-1899
1900-1907
1908-1913
1914-1915
1917-1918
1920-1924 (*)
1930-1935 (*)
1939-1940
1942-1943
1948-1949
1953-1954 (*)
1956-1957
1960-1962
1967-1969 (*)
1972-1974
1975-1985
1986-1987
1992-1993
1993-1994
1996-1997
1998
2000-2001
|
1
1
3
3
1
2
1
7
5
1
1
4
5
1
1
1
1
1
2
2
2
10
1
1
1
1
1 bln
1
|
1872-1878/6
1878-1881/3
1885-1886/1
1888-1890/2
1891-1892/1
1894-1898/4
1899-1900/1
1907-1908/1
1913-1914/1
1915-1917/2
1918-1920/2
1924-1930/6
1935-1939/4
1940-1942/2
1943-1948/5
1949-1953/4
1954-1956/2
1957-1960/3
1962-1967/5
1969-1972/3
1974-1975/1
1985-1986/7
1986-1987/1
1987-1992/5
1993/5 bln
1994-1996/2
1997-1998/1
1998-2000/2
|
15 April 1872
Dalam tahun 1879
Januari 1883
Dalam tahun 1885
Agustus 1891
Oktober 1894
Dalam tahun 1898
Terjadi tiap tahun
Dalam tahun 1909
Maret-Mei 1915
Februari, April 1922
18 Des ’30, 27 Apr’34
23 Des.’39, 24 Jan’40
Juni 1942
29 September 1948
18 Januari 1954
3 Januari 1953
8 Mei 1961
8 Januari 1969
13 Desember 1972
15 Juni 1984
10 Oktober 1986
2 Februari 1992
22 November 1994
14,17 Januari 1997
11,19 Juli 1998
10 Februari 2001
|
Referensai Utama Direktorat Vulkanologi Data Dasar Gunung
api Indonesia 1979, B. Voight, R.Sukhyar dan A.D. Wirakusumah Journal of
volcanology and geothermal research Volume 100, 2000, J.A. Katili,
Suparto S. Pemantauan Gunungapi di Indonesia dan Filipina, 1995
Berikut gambaran detailnya :
·
Letusan-letusan Merapi yang
dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
·
Letusan besar pada tahun 1006
membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan
tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur.
·
Letusan Gunung Merapi di tahun 1930
menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
·
Letusan Gunung Merapi pada November
1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa
dan kepala keluarga serta memakan korban puluhan jiwa manusia.
·
Letusan Gunung Merapi pada 19 Juli
1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.
·
Pada tanggal 15 Mei 2006 Gunung
Merapi kembali meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung
Merapi telah melampaui status awas. Disambung kemudian pada 8 Juni, Gunung
Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat
ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri
ke tempat aman.
Karakter
dan Gejala Letusan
Sejak awal sejarah letusan Gunung Merapi sudah tercatat
bahwa tipe letusannya adalah pertumbuhan kubah lava kemudian gugur dan
menghasilkan awan panas guguran yang dikenal dengan Tipe Merapi (Merapi Type).
Kejadiannya adalah kubah lava yang tumbuh di puncak dalam suatu waktu karena
posisinya tidak stabil atau terdesak oleh magma dari dalam dan runtuh yang
diikuti oleh guguran lava pijar. Dalam volume besar akan berubah menjadi awan
panas guguran (rock avalance), atau penduduk sekitar Merapi mengenalnya dengan
sebutan wedhus gembel, berupa campuran material berukuran debu hingga blok
bersuhu tinggi (>700oC) dalam terjangan turbulensi meluncur dengan kecepatan
tinggi (100 km/jam) ke dalam lembah. Puncak letusan umumnya berupa penghancuran
kubah yang didahului dengan letusan eksplosif disertai awan panas guguran
akibat hancurnya kubah. Secara bertahap, akan terbentuk kubahlava yang baru.
Hartman (1935) membuat simpulan tentang siklus letusan
Gunung Merapi dalam 4 kronologi yaitu:
Kronologi 1.
Diawali dengan satu letusan kecil sebagai ektrusi lava. Fase
utama berupa pembentukan kubahlava hingga mencapai volume besar kemudian
berhenti. Siklus ini berakhir dengan proses guguran lava pijar yang berasal
dari kubah yang terkadang disertai dengan awanpanas kecil yang berlangsung
hingga bulanan.
Kronologi 2.
Kubahlava sudah sudah terbentuk sebelumnya di puncak. Fase
utama berupa letusan bertipe vulkanian dan menghancurkan kubah yang ada dan
menghasilkan awanpanas. Kronologi 2 ini berakhir dengan tumbuhnya kubah yang
baru. Kubah yang baru tersebut menerobos tempat lain di puncak atau sekitar
puncak atau tumbuh pada bekas kubah yang dilongsorkan sebelumnya.
Kronologi 3.
Mirip dengan kronologi 2, yang membedakan adalah tidak
terdapat kubah di puncak, tetapi kawah tersumbat. Akibatnya fase utama terjadi
dengan letusan vulkanian disertai dengan awanpanas besar (tipe St. Vincent ?).
Sebagai fase akhir akan terbentu kubah yang baru.
Kronologi 4.
Diawali dengan letusan kecil dan berlanjut dengan
terbentuknya sumbatlava sebagai fase utama yang diikuti dengan letusan vertikal
yang besar disertai awanpanas dan asap letusan yang tinggi yang merupakan fase
yang terakhir.
Pada kenyataannya, terutama sejak dilakukan pemantauan yang
teliti yang dimulai dalam tahun 1984, batasan setiap kronologi tersebut sering
tidak jelas bahkan bisa jadi dalam satu siklus letusan berlangsung dua
kronologi secara bersamaan, seperti pada Letusan 1984.
Seiring dengan perkembangan teknologi, sejak 1984 ketika
sinyal data dapat dikirim melalui pemancar radio (radio telemetry) sistem
tersebut mulai dipergunakan dalam mengamati aktivitas gunung api di Indonesia,
termasuk di Gunung Merapi. Dan sejak saat itu gejala awal letusan lebih akurat
karena semua sensor dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat kegiatan
tergantung kekuatan pemancar yang dipergunakan, secara normal dapat menjangkau
hingga jarak antara 25 – 40 km.
Hampir setiap letusan Gunung Merapi, terutama sejak diamati
dengan seksama yang dimulai tahun 80-an, selalu diawali dengan gejala yang
jelas. Secara umum peningkatan kegiatan lazimnya diawali dengan terekamnya
gempabumi vulkanik-dalam (tipe A) disusul kemudian munculnya gempa
vulkanik-dangkal (tipe B) sebagai realisasi migrasinya fluida ke arah
permukaan. Ketika kubah mulai terbentuk, gempa fase banyak (MP) mulai terekam
diikuti dengan makin besarnya jumlah gempa guguran akibat meningkatnya guguran
lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang
dimonitor dengan pengamatan
A.
Selayang Pandang
Gunung Merapi yang juga dikenal sebagai
Merapi atau Berapi memiliki ketinggian 2891,3 m dari permukaan air laut.
Sebagai salah satu gunung yang paling aktif di Sumatera, Merapi
sudah sering meletus. Terhitung sejak akhir abad 18 hingga 2008 tercatat
kira-kira sudah 454 kali melatus, 50 di antaranya dalam skala besar, sedangkan
sisanya dalam skala kecil dengan mengeluarkan abu belerang.
B.
Keistimewaan
Di antara sekian banyak gunung yang ada
di Sumatera Barat, Gunung Merapi merupakan objek wisata yang sering
dikunjungi oleh pada wisatawan. Gunung Merapi sudah memiliki jalur tetap
untuk para pendaki, sehingga memudahkan para pendaki untuk melakukan
pendakian. Di gunung ini, terdapat bunga edelwis yang tumbuh bermekaran di
sekitar lereng gunung, yang menambah indahnya pemandangan Gunung Merapi.
C.
Lokasi
Gunung Merapi berada dekat dengan kota
Bukittinggi, tepatnya di sekitar Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah
Datar, Sumatera Barat, Indonesia.
D.
Akses
Akses untuk mencapai Gunung Merapi
cukup mudah, mengingat letaknya yang tidak jauh dari pusat kota
Bukittinggi dan kota Padang Panjang. Dari Padang atau bandara Ketaping
menuju Gunung Merapi, butuh waktu sekitar 1 ½ jam untuk sampai ke lokasi.
Sedangkan jika bertolak dari kota Bukittinggi butuh waktu sekitar 30 menit.
Transportasi untuk mencapai lokasi dapat ditempuh melalui jalur darat,
bisa menggunakan angkutan umum atau travel. Ongkos transportasi berkisar
antara Rp.15.000-Rp.
20.000 per orang.
E.
Akomodasi
Lokasi Gunung Merapi tidak begitu jauh
dari Kota Bukittinggi dan kota Padang Panjang. Mengingat Gunung Merapi
dekat dengan 2 kota ini, para wisatawan dari luar kota yang ingin
berlama-lama di kawasan tersebut, dapat menginap di Hotel di dua kota itu. Di
sepanjang jalan menuju Gunung Merapi, terdapat banyak restoran yang menyajikan
aneka hidangan masakan Padang yang dapat mengobati rasa lapar para
wisatawan.
No comments:
Post a Comment