Wisata Bima
Kabupaten Bima berdiri pada
tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir (La Kai) dinobatkan sebagai
Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam.
Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati
setiap tahun. Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten
Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di dusun Padende
Kecamatan Donggo menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia. Dalam
sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan
bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah
Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang
mendiami kawasan pesisir pantai. Disamping penduduk asli, juga terdapat
penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura,
Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Wisata Alam Soromandi
Wisata Alam Soromandi Bima adalah salah satu kota kecil yang
terletak di ujung timur Propinsi NTB (Nusa Tenggara Barat), di bumi Ngaha Aina
Ngoho ini tersimpan banyak sekali aset-aset alam yang menyimpan sejuta pesona
yang masih belum terjamah, dan perlu untuk di gali dan dijadikan sebagai objek
wisata. Aset alam ini bisa dijadikan sebagai daya tarik para wisatawan domestik
maupun asing. Gambar-gambar yang saya ambil disini merpakan hasil jepretan dari
komunitas pecinta alam bima “KOPA MBOJO”
Desa Campa
Campa adalah salah satu desa kecil yang letaknya di kabupaten
Bima, NTB, khususnya di kecamatan Madapangga. Letaknya memang jauh dari
keramaian, tetapi campa juga menyimpan keindahan alam yang mungkin banyak orang
yang belum tahu akan hal ini. Contohnya seperti wana wisata OI TABA, kalo yang
ini mungkin sudah banyak yang tahu, tetapi ada satu tempat yang belum orang
tahu letaknya yaitu AIR TERJUN, Berikut ini adalah foto-foto wana wisata OI
TABA Campa, bentuk wana wisata ini adalah semacam tempat meluncur tapi bedanya
tempat meluncur di OI taba ini di bentuk oleh alam
Pantai Kalaki
Pantai Kalaki adalah pantai berpasir yang cukup landai, terletak
di sebelah selatan kota Bima. Dari kota Bima, melewati Lawata menuju ke arah
Lapangan Terbang Palibelo. Di Kalaki, pengunjung bisa bermain air laut yang
dangkal, atau piknik sambil menikmati pemandangan laut teluk Bima. Pengunjung
Pantai Kalaki umumnya berasal dari kota Bima dan dari kecamatan Woha dan
Belo/Palibelo. Pada waktu liburan seperti saat Aru Raja (Lebaran), pantai
Kalaki ramai sekali. Para pedagang jauh-jauh hari sudah mendirikan tenda-tenda
di pinggir jalan sepanjang pantai. Sebenarnya, pantai Kalaki tidaklah terlalu
bagus. Pasirnya bercampur lumpur sehingga kalau dilalui akan menjadi keruh. Di
samping itu terdapat banyak batu-batu yang cukup tajam jika diinjak, dan tentu
sangat tidak nyaman karena bisa menyandung. Pantai juga terlalu landai sehingga
untuk mendapatkan kedalaman yang cukup untuk berenang atau menyelam, pengunjung
harus masuk jauh ke dalam laut.
Jika air laut surut, pemandangan menjadi tidak sedap lagi karena
air menjadi sangat jauh ke dalam sementara daratan yang ditinggalkannya tampak
penuh batu yang berserakan. Pemda Kabupaten Bima yang menjadi “pemilik” pantai
Kalaki tampak sudah melakukan beberapa “pembangunan” di pantai tersebut, berupa
beberapa shelter yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk berteduh dan
duduk-duduk. Namun jumlahnya tentu tidak mencukupi saat pengunjung ramai
seperti ketika Aru Raja. Pengunjung akhirnya menggelar tikar dan berkelompok di
kebun orang di seberang pantai. Mereka umumnya mengadakan acara berbeque atau
“bakar-bakar” di tempat itu. Biasanya, yang dibakar adalah ayam dan ikan laut.
Pantai Kalaki, sekali lagi, menjadi pilihan masyarakat untuk piknik karena
tidak banyak pilihan yang lebih baik lagi. Pantai di teluk Waworada (sebelah
timur Karumbu) yang lebih indah dengan view pantai selatan sangat jauh dan
fasilitas jalan juga belum memadai. Dalam hal ini, Pemda Kabupaten Bima masih
harus berperan lagi dalam menata obyek wisata yang dibutuhkan oleh masyarakat
Lawata
Pantai Lawata adalah berupa sebuah “tonjolan” ke teluk Bima. Di
Lawata terdapat sebuah bukit kecil yang memiliki beberapa buah gua kecil.Lawata
memang sudah sejak dulu menjadi sebuah obyek wisata atau tempat piknik bagi masyarakat
Bima. Lawata terletak hampir di luar kota Bima Pantainya bukanlah tempat yang
bagus untuk bermain air, namun air (laut)nya bisa dibilang cukup jernih
walaupun kadang berlumpur dan banyak batu-batu yang berserakan. Karena
historinya, Lawata kemudian “dibangun”, dibuatkan banyak “cottage” yang
berderet di sepanjang pantainya. Setiap cottage memiliki bagian “dalam” yang
bisa digunakan untuk lesehan, bagian luar/depan yang bisa digunakan untuk
memandang ke arah laut/teluk, dan tempat berbeque di sebelah luar/belakang.
Tampaknya, setiap cottage cukup untuk sebuah keluarga atau rombongan yang lebih
dari 10 orang.
No comments:
Post a Comment