Wednesday, July 6, 2016

Tari Lilin



Tarian Lilin sebenarnya adalah suatu tarian yang dipersembahkan oleh sekelompok penari yang diiringi sekelompok pemain musik. Para penari ini akan meletakkan lilin di tangan yang menggunakan piring yang dipegang telapak tangan mereka. Penari lalu akan melakukan gerak tari secara berkelompok sambil memutar alas piring yang isinya lilin yang masih menyala dengan secara berhati-hati supaya piring itu nantinya bisa mendatar, menukik, terbalik tapi nyala lilin tidak mati. Tarian lilin sendiri adalah sejenis kesenian dari Istana dan dimainkan pada saat malam hari. Untuk memainkan sebuah tari lilin, maka seorang  harus melakukan latihan yang tekin karena pergerakan lilin yang menyala cukup sulit untuk dilakukan. Sejarah tarian lilin yaitu pada zaman dahulu kala, tari lilin ini diawali oleh kisah dari seorang pemuda yang akan pergi untuk mencari harta, sedangkan ia meninggalkan tunangannya di didesa. Tiba-tiba saja cincin tunangan si pemuda itu jatuh lalu hilang. Selanjutnya si perempuan itu mencari cincin itu dengan menggunakan lilin. Gerak geriknya si gadis yang lembut, dan beberapa gerakan yang menunduk kemudian dijadikan tarian. Berdasarkan kisah tersebut, maka kemudian mucul Tari Lilin. Tarian yang dimainkan oleh perempuan dengan gerakan teramat lembut.
Sejarah tari lilin berdasarkan cerita rakyat bahwa konon seorang gadis telah ditinggalkan oleh tunangan yang pergi berdagang mencari harta. Selama peninggalan tunangannya itu gadis telah kehilangan cincin pertunangan. Gadis tersebut mencari-cari cincin sampai larut malam dengan menggunakan lilin yang ditempatkan pada piring. Gerakan tubuh yang meliuk, membungkuk, menengadah (berdoa) melahirkan keindahan sehingga peristiwa ini telah melahirkan Tari Lilin di kalangan gadis-gadis desa itu.


FUNGSI TARI
Dari namanya tari ini bisa kita ketahui bahwa tarian dengan menggunakan lilin sebagai bagian dari peralatan tarinya. Tari ini dipentaskan oleh sekelompok penari dengan diiringi sekelompok musisi. Lilin yang menyala diletakkan diatas piring dan diletakkan pada telapak tangan penari. Tarian dibawakan secara kelompok dengan memutar piring yang diatasnya terdapat lilin yang menyala secara berhati-hari agar piring tersebut selalu horizontal dan lilin tidak padam.

TATA BUSANA TARI
Tata busana yang merupakan penunjang, dan penambah keindahan suatu tarian sangat terlihat dalam tari Lilin sehingga tari ini tampak lebih megah, semegah kejayaan kerajaan Sriwijaya tempo dulu. Busana yang dipergunakan adalah Pakaian Gede atau Hiasan Gede (pakaian khas Palembang yang biasanya dipakai untuk pakaian pengantin wanita di Palembang), Hiasan Gede dipakai oleh penari inti, sedangkan penari yang lainnya menggunakan Hiasan Dodot atau Selendang Mantri. Makna kostumnya lebih menekankan kepada kejayaan zaman Hindu Budha pada Zaman kerajaan Sriwijaya yang kuat dipengaruhi kebudayaan Cina, terutama pada hiasan kepala, dada, dan tangan.
Tarian Lilin merupakan sebuah tarian yang dipersembahkan oleh sekumpulan penari dengan diiringi sekumpulan pemusik.
Tarian lilin merupakan sejenis kesenian Istana dan ditarikan pada waktu malam bagi menimbulkan nyalaan lilin tersebut. Ini karena tari lilin memerlukan penarinya giat berlatih agar dapat mengawal pergerakan dengan lilin yang menyala tanpa kemalangan.

Asal –usul:
Asal usul Tarian Lilin dipercayai berasal dari Sumatera. Kononnya seorang gadis telah ditinggalkan oleh tunangannya yang pergi berdagang mencari harta. Semasa peninggalan tunangnya itu gadis telah kehilangan cincin pertunangan. Gadis tersebut mencari-cari cincin hingga larut malam dengan menggunakan lilin yang diletakkan pada piring. Gerakan badan yang meliuk, membongkok, mengadah (berdoa) melahirkan keindahan sehingga peristiwa ini telah melahirkan Tarian Lilin di kalangan gadis-gadis kampung itu.

Tata Busana:
Tata busana yang merupakan penunjang, dan penambah keindahan suatu tarian sangat terlihat dalam tari Lilin sehingga tari ini tampak lebih megah, semegah kejayaan kerajaan Sriwijaya tempo dulu. Busana yang dipergunakan adalah Pakaian Gede atau Hiasan Gede (pakaian khas Palembang yang biasanya dipakai untuk pakaian pengantin wanita di Palembang), Hiasan Gede dipakai oleh penari inti, sedangkan penari yang lainnya menggunakan Hiasan Dodot atau Selendang Mantri. Makna kostumnya lebih menekankan kepada kejayaan zaman Hindu Budha pada Zaman kerajaan Sriwijaya yang kuat dipengaruhi kebudayaan Cina, terutama pada hiasan kepala, dada, dan tangan.

Gerakan Tari Lilin:
Pada setiap belah  tangan penari membawa lilin yng dinyalakan. Penari akan menarikan tarian secara berkumpulan dengan memusingkan piring yang mempunyai lilin yang menyala secara berhati-hati agar piring tersebut sentiasa mendatar, dan lilin tidak terpadam. Gerakan badan yang meliuk, membongkok, mengadah (berdoa) melahirkan keindahan

Makna :
Tari Lilin dapat dipandang sebagai lambang, jika dilihat melalui gerak, pola lantai tari Lilin , dan kostum mengandung arti simbol-simbol tertentu yang menyimpan nilai-nilai masa lalu (Primodial) Hindu. 

Tata Busana Dan Pakaian Pada Tarian Lilin
Tata busana yang merupakan penunjang, dan penambah keindahan suatu tarian sangat terlihat dalam tari Lilin sehingga tari ini tampak lebih megah, semegah kejayaan kerajaan Sriwijaya tempo dulu. Busana yang dipergunakan adalah Pakaian Gede atau Hiasan Gede (pakaian khas Palembang yang biasanya dipakai untuk pakaian pengantin wanita di Palembang), Hiasan Gede dipakai oleh penari inti, sedangkan penari yang lainnya menggunakan Hiasan Dodot atau Selendang Mantri. Makna kostumnya lebih menekankan kepada kejayaan zaman Hindu Budha pada Zaman kerajaan Sriwijaya yang kuat dipengaruhi kebudayaan Cina, terutama pada hiasan kepala, dada, dan tangan.
Tata Rias Pada Tarian Lilin
Karakter pada tari lilin tersebut biasa dikatakan tidak memiliki karakter dan dinamakan make up Natural.
Gerakan Pada Tarian Lilin
Pada setiap belah  tangan penari membawa lilin yang dinyalakan. Penari akan menarikan tarian secara berkumpulan dengan memusingkan piring yang mempunyai lilin yang menyala secara berhati-hati agar piring tersebut sentiasa mendatar, dan lilin tidak terpadam. Gerakan badan yang meliuk, membongkok, mengadah (berdoa) melahirkan keindahan

1 comment: