Friday, June 3, 2016

Lampung Join



Pada abad ke VII orang di negeri Cina sudah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan Lang Pohwang adalah Lampung. Terdapat bukti kuat bahwa Lampung merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Jambi dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan berjaya hingga abad ke-11. Sriwijaya datang ke Lampung karena daerah ini dulunya merupakan sumber emas dan damar.
Peninggalan yang menunjukkan bahwa Lampung berada dibawah pengaruh Kerajaan Sriwijaya antara lain dengan ditemukannya prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Batu Bedil didaerah Tenggamus merupakan peninggalan kerajaan seriwijaya (abad VIII). Kerajaan-kerajaan Tulang Bawang dan Skala Brak juga pernah berdiri pada sekitar abad VII-VIII. Pusat Kerajaan Tulang Bawang diperkirakan disekitar Menggala/Sungai Tulang Bawang sampai Pagar Dewa. Zaman Islam ditandai masuknya Banten diLampung pada abad ke 16, terutama saat bertahtanya Sultan Hasanuddin (1522-1570). Sejak masa lampau, Lampung memang dikenal karena tanaman ladanya yang banyak dicari orang. Kesultanan Banten yang tertarik dengan produksi lada Lampung mengusai daerah ini pada awal abad ke-16 dan sekaligius memperkenalkan agama Islam. Pada zaman ini Lampung melahirkan pahlawan yang terkenal gigih menantang Belanda. Bernama Radin Intan. Pengaruh Islam terlihat diantaranya dan adanya Tambra Prasasti (Buk Dalung) didaerah Bojong Kecamatan Jabung Sekarang, berisi perjanjian kerjasama antara Banten dan Lampung dalam melawan penjajahan Belanda.
Kontrol yang dilakukan Kesultanan Banten atas produksi lada Lampung telah menjadikan pelabuhan Banten sebagai pelabuhan lada yang paling besar dan paling makmur di Nusantara. Tanaman lada pula yang juga menarik kaum pendatang asing dari Eropa seperti perusahaan dagang dari Belanda Dutch East India Company. Perusahaan dagang ini pada akhir abad ke-17 membangun sebuah pabrik pengolahan di Menggala. Namun dengan berbagai upaya akhirnya Belanda berhasil menguasai Lampung pada tahun 1856.Pemerintah kolonial Belanda untuk pertama kalinya memperkenalkan program transmigrasi kepada penduduk di Pulau Jawa yang sangat padat untuk pindah dan berusaha di Lampung. Program transmigrasi ini ternyata cukup diterima baik dan banyak penduduk asal Pulau Jawa yang kemudian pindah ke lokasi transmigrasi yang berada di kawasan timur Lampung. Program transmigrasi ini kemudian ditingkatkan lagi pada masa kemerdekaan pada tahun 1960-an dan 1970- an. Orang asal Pulau Jawa ini membawa serta perangkat kebudayaan mereka ke Lampung seperti gamelan dan wayang. Orang dari Pulau Bali kemudian juga datang ke Lampung untuk mengikuti program transmigrasi ini. Kehadiran pendatang dari daerah lain di Lampung telah menjadikan wilayah ini sebagai daerah dengan kebudayaan yang beragam (multi-kultur). Keragaman suku yang ada justru menjadi daya tarik wisata apalagi di berbagai kabupaten yang ada tersebar potensi wisata alam, wisata budaya. Keberadaan sanggar-sanggar seni/budaya sebagai pelestari seni/budaya warisan nenek moyang banyak berkembang

Sejarah Kaganga
Kepulauan Sumatera pernah didatangi bangsa Yunan dari daratan Indo-Cina pada abad Sebelum Masehi. Bangsa ini sebelum datang secara besar-besaran, mereka masuk Nusantara dengan kelompok-kelompok kecil.
Mereka membawa berbagai kebudayaan antara lain falsafah/ajaran Buddha dan aksara/tulisan kaganga. Khusus di Lampung sekarang dikenal dengan tulisan Lampung karena pada zaman modern ini Lampunglah yang lebih dulu mengangkat aksara kaganga tersebut. Di Sumatera bagian selatan, khususnya di Sumatera Selatan, aksara kaganga dikenal dengan nama tulisan ulu dalam wilayah pedalaman Batanghari Sembilan di Jambi, dikenal dengan nama tulisan encong, di Aceh dengan tulisan rencong, di Sumatera Utara/Batak dengan tulisan pustaha/tapanuli.
Di wilayah kepulauan nusantara ini yang memakai tulisan kaganga hanya di Pulau Sumatera dan Sulawesi (ada 22 wilayah) dan di luar wilayah tersebut memakai tulisan/aksara pallawa/hanacaraka yang berasal dari India sesudah masuk abad Masehi bersama dengan ajaran/falsafah Hindu, yang kemudian hari berkembang di Pulau Nusa Kendeng/Pulau Jawa sekarang dan Bali. Di pusat Kerajaan Saka/Aji Sai, raja-rajanya adalah titisan penjelmaan Naga Sakti/Nabi Khaidir a.s., dalam rangka mengemban tugas Tuhan Yang Maha Esa dengan menurunkan hukum inti Ketuhanan (falsafah Jaya Sempurna) sepanjang zaman. Di Pagar Alam Lahat, tepatnya di antara perbatasan 3 provinsi; Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu lokasi tersebut sampai saat ini belum terungkap dan masih merupakan misteri bagi bangsa Indonesia. Untuk mengungkapnya perlu dipelajari tulisannya, yaitu kaganga atau pallawa (hanacaraka).
Asal Nama Sumatera
Dalam catatan sejarah yang ada hingga saat ini, Pulau Sumatera ini ditemukan Angkatan Laut Kerajaan Rau (Rao) di India yang bernama Sri Nuruddin Arya Passatan tahun 10 Saka/88 Masehi yang tercantum dalam Surat Peninggalan pada Bilah Bambu tahun 50 Saka/128 M yang ditandatangani Ariya Saka Sepadi, bukan Sri Nuruddin Angkatan Pertama yang datang dari Kerajaan Rao di India.
Karena tidak ada kabar beritanya angkatan pertama, dikirim angkatan kedua yang dipimpin langsung Putra Mahkota Kerajaan Rao di India Y.M. Sri Mapuli Dewa Atung Bungsu tahun 101 Saka/179 Masehi. Dengan 7 armada (kapal), mereka berlabuh di daratan Sumatera tepatnya di Pulau Seguntang atau Bukit Seguntang sekarang di Palembang, Y.M. Sri Mapuli Atung Bungsu memerintahkan Arya Tabing, nakhoda kepal penjalang untuk mendirikan pondokan dan menera (menimbang) semua sungai yang berada di wilayah Pulau Seguntang tersebut. Demi mengikuti amanat Ayahanda Kerajaan Rao di India, berganti-ganti air sungai ditera (ditimbang) Arya Tabing atas titah Y.M. Sri Mapuli Dewa Atung Bungsu, sebelum Arya Tabing menimbang semua air sungai, beliau bertanya kepada YM, sungai mana yang harus ditera (ditimbang), dijawab YM, semua Tera (yang maksudnya semua air sungai yang ada ditimbang). Dari kata-kata beliau itulah asal nama Sumatera hingga saat ini yang tercatat dalam surat lempengan emas tahun 10 Saka/88 Masehi serta surat dari bilah bambu pada tahun 101 Saka/179 Masehi yang sampai saat ini belum ditemukan bangsa Indonesia, dan berkemungkinan sekali bertuliskan/aksara kaganga atau pallawa/hanacaraka di wilayah Sumetera bagian selatan. Setelah ditimbang angkatan Arya Tabing, didapatlah air sungai/Ayik Besemah dari dataran tinggi Bukitraja Mahendra Mahendra (Bukit Raje Bendare) mengalir ke barat dan bermuara di Sungai Lematang wilayah Kota Pagar Alam (Lahat).
Sejarah Adat
Adat pepadun sai batin terbentuk pada abad ke-17 tahun 1648 M oleh empat kelompok/buay, yaitu Buay Unyai di Sungai Abung, Buay Unyi di Gunungsugih, Buay Uban di Sungai Batanghari dan Buay Ubin (Subing) di Sungai Terbanggi, Labuhan Maringgai. Adat pepadun sai batin ini masih ada pengaruh dari Hindu dan Buddha Putri Bulan tidak dikenal keempat peserta sidang (empat buay) yang merupakan utusan kelompok masing-masing wilayah. Sangaji Mailahi menjawab akan membentuk adat.
Keempat bersaudara dari 4 buay tersebut merasa sangat tertarik melihat Putri Bulan adik angkatnya Sangaji Malihi, sehingga rapat/sidang ditunda sejenak karena terjadi keributan di antara mereka. Untuk mengatasi keributan itu, Sangaji Malihi memutuskan Putri Bulan dijadikan adik angkat dari mereka berempat. Setelah meninggalkan daerah Goa Abung, mereka menyebarkan adat ke daerah pedalaman Lampung sekarang. Buay Unyai pada puluhan tahun kemudian hanya mengetahui sidang adat pepadun sai batin diadakan di daerah Buay Unyai dan sebagai Raja Adat, Raja Hukum, Raja Basa (Bahasa) adalah Sangaji Malihi yang kemudian hari dijuluki masyarakat sebagai Ratu Adil. Buay Bulan (Mega Pak Tulangbawang) pada permulaan abad ke-17 Putri Bulan bersuamikan Minak Sangaji dari Bugis yang julukannya diambil dari kakak angkatnya Sangaji Malihi (Ratu Adil).
Empu Riyo adalah keturunan Buay Bulan di Buay Aji Tulangbawang Tengah dan Makam Minak Sangaji dan Putri Bulan ada di belakang Kecamatan Tulangbawang Tengah dan Makam Minak Sangaji dan Putri Bulan di Buay Aji Tulangbawang Menggala (sekarang). Di antara keturunan Raja Jungut/Kenali Pesagi keturunan Buay Bulan ada di Kayu Agung, keturunan Abung Bunga Mayang dari Mokudum Mutor marga Abung Barat sekarang.
Jadi adat pepadun sai batin merupakan satu kesatuan (two in one) yang tidak terpisahkan satu sama lainnya karena arti/makna dari pada kata atau kalimat pepadun sai batin adalah pepadun = musyawarah/mufakat, dan sai batin = bersatu/bersama. Jadi kata pepadun sai batin adalah musyawarah mufakat untuk bersama bersatu.
Dan kemudian hari sejarah adat pepadun sai batin terbagi menjadi 2 kelompok/jurai, yaitu Lampung sai = pepadun dan aji sai = sai batin, yang kemudian kita kenal sebagai lambang Sang Bumi Ruwa Jurai (pepadun sai batin). Fakta/bukti autentik piagam logam tahun 1652 Saka/1115 H atau tahun 1703 M yang bertuliskan Arab gundul dan aksara pallawa/hanacaraka msh ada sampai sekarang. Jadi adat pepadun sai batin itu berarti musyawarah mufakat untuk bersatu/bersama dalam pembentukan Adat.
Pepadun = Musyawarah/mufakat
Sai batin = Bersatu/bersama
Lampung sai = Kita bersatu/mereka bersatu
Aji sai = Saya satu/ini satuSang Bumi Ruwa Jurai = pepadun saibatin (satu kalimat) musyawarah untuk bersatu

memang kota lampung ini bukanlah kota wisata yang selalu amai dikunjungi oleh wisatawan.namun saat ini lampung terus berbenah dan menyugguhkan temapt-tempat wisata terbaiknya. kota yang terkenal dengan sekolah gajah nya ini tidak bisa dianggap sebelah mata,pasalnya sudah banyak orang-orang yang datang dari pulau jawa untuk berwisata di lampung. bagi kalian yang ingin mencari suasana wisata yang baru, engga ada salahnya untuk mengunjunginya. untuk membantu memperkenalkan potensi wisata lampung dan juga membantu wisatawan dalam mencari informasi wisata lampung.hari ini kita akan memberikan informasi tempat-tempat wisata lampung yang menarik perhatian ini.
 1. Menara Siger
Menara Siger adalah menara yang juga menjadi titik nol Sumatra di selatan. Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dalam peresmian Menara Siger, 30 April 2008, menyatakan optimistis Menara Siger akan mendorong kemajuan Lampung. Peresmian ini ditandai dengan penekanan sirine, penandatanganan prasasti, serta penglepasan merpati bersama puluhan duta besar. Dengan iringan lagu Mars Lampung oleh Korps Musik (Korsik) Pemprov Lampung, Ny. Truly Sjachroedin menggunting rangkaian melati di pintu masuk bangunan menara enam lantai tersebut. Gubernur memasuki menara bersama duta besar Kroatia, Sri Lanka, Jepang, Palestina, Afghanistan, Singapura, Filipina, keluarga Sultan Banten dan Sultan Kanoman Cirebon. Peresmian ini juga diwarnai pembukaan stan seluruh kabupaten/kota.
2. Pulau Tangkil

Salah satu pulau tersebut adalah Pulau Tangkil yang terletak di Lempasing, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pulau Tangkil sendiri mempunyai luas wilayah sekitar 12 hektare.
Jika para penelusur ingin mengunjungi Pulau Tangkil, maka yang pertama perlu kalian tuju yaitu Pantai Mutun. Kenapa harus ke Pantai Mutun?karena Pantai Mutun merupakan titik penyeberangan untuk menuju ke Pulau Tangkil. Jarak Pantai Mutun dari pusat Kota Bandar Lampung sendiri tidak begitu jauh dan para penelusur hanya membutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk menempuhnya. Akses ke Pantai Mutun sendiri sangatlah mudah jadi para penelusur nggak perlu takut kesulitan menemukannya. baca selengkapnya
3. Pulau Pahawang
Pulau Pahawang  terletak di Kecamatan Punduh Padada, Kabupaten Pasawaran, Lampung Selatan. Pulau Pahawang sendiri terbagi manjadi dua yaitu Pulau Pahawang besar dan Pulau Pahawang kecil.
Jika para penelusur ingin mengunjungi Pulau Pahawang, maka tempat pertama yang harus para penelusur tuju adalah Pantai Klara. Karena Pantai Kalara sendiri merupakan titik penyeberangan untuk ke Pulau Kahawang. Jika para penelusur dari pusat Kota Bandar Lampung, maka para penelusur membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 90 menit untuk sampai di Pantai Klara. baca selengkapnya
4. DANAU RANAU
Danau Ranau  terletak di perbatasan antara Kabupaten Lampung Barat di Propinsi Lampung dan Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan di Sumatera Selatan. Danau Ranau mempunyai luas kurang lebih sekitar 44 kilometer persegi.
Danau Ranau lokasinya sangat mudah sekali diakses, maka dari itu para penelusur nggak perlu resah akan sulit menjangkaunya. Untuk menuju ke Danau Ranau, para penelusur dapat menempuhnya dengan kendaraan pribadi/sewa dan dapat juga dengan menggunakan angkutan umum. Yang pertama para penelusur harus tuju adalah bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, kemudian dari bandara ini para peneusur dapat menyewa mobil untuk ke Danau Ranau. Namun jika para penelusur ingin menggunakan kendaraan umum, maka para penelusur bisa naik bis di Baturaja. Namun perlu para penelusur ingat yaitu angkutan umum disana hanya beroperasi tiap hari rabu atau ketika pasar buka. baca
5. Pantai Tanjung Setia
Pantai Tanjung Setia yang terletak di Desa Tanjung Setia, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Pantai Tanjung Setia disebut sebut mempunyai ombak yang tak kalah dengan Hawaii.
Pantai Tanjung Setia terletak 52 km dari ibu kota kabupaten Liwa ke arah Krui dan sekitar 273 kilometer dari ibu kota propinsi Bandar Lampung. Dan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 5-6 jam perjalanan untuk menempuhnya. Para penelusur nggak perlu khawatir jika ingin berkunjung ke Pantai Tanjung Setia, karena pantai yang satu ini bisa dijangkau baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. baca selengkapnya
6. Pulau Tanjung Putus
Pulau Tanjung Putus yang terletak di Kabupaten Pasawaran, Teluk Lampung, Provinsi Lampung.Kenapa bernaman Pulau Tanjung Putus? Ternyata usut punya usut pulau ini dinamakan dengan Tanjung Putus karena konon katanya dahulu pulau ini menyatu dengan Pulau Sumatera. Namun karena erosi yang terus melanda membuat sebagian tanahnya tertutup dengan air laut dan menjadi selat kecil.
Jika para penelusur ingin berkunjung ke Pulau Tanjung Putus, maka yang pertama – tama para penelusur harus menuju ke Kampung Ketapang. Jaraknya sekitar 35 km dari pusat kota Bandar Lampung dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewa. Untuk menuju ke Kampung Ketapang ini para penelusur membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 50 menit. Kampung Ketapang sendiri merupakan kampung nelayan dan sekaligus sebagai dermaga menuju ke Pulau Tanjung Putus. baca selengkapnya
7. Air Terjun Putri Malu

Air Terjun Putri Malu yang terletak di Kampung Juku Batu, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Tempat wisata Air Terjun Putri Malu sangat mudah sekali diakses dari jalan lintas Sumatera, jadi para penelusur nggak perlu khawatir kesulitan menemukan lokasinya. Yang pertama para penelusur tuju adalah SMU N 1 Baratadu, karena jalan masuk ke tempat wisata tersebut yaitu persimpangan ke arah SMU N 1 Baratadu. Air Terjun Putri Malu sendiri mempunyai jarak kurang lebih sekitar 46 km dari Ibukota Kabupaten Way Kanan, Blambangan Umpu. Sekarang kondisi menuju tempat wisata Air Terjun Putri Malu memang masih berupa jalan setapak. Tetapi kini prospek wisata Way Kanan ini  sudah mulai di kelola oleh dinas Pariwisata Way Kanan, Lampung. baca selengkapnya
8. Pantai Pasir Putih
sumber gambar: luciaerna.wordpress.com
Pantai Pasir Putih terletak di Jalan Trans Sumatera, Tarahan, Kabupaten Lampung. Jaraknya kurang lebih sekitar 20 kilometer dari Kota Bandar Lampung.
Pantai Pasir Putih lokasinya sangat mudah sekali di jangkau. Para penelusur dapat menempuhnya dengan naik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jika para penelusur menggunakan pribadi, maka dapat memulainya dari Pusat Kota Bandar Lampung dengan waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 35 menit. Sedangkan jika para penelusur ingin menggunakan angkutan umum, maka bisa naik dari Lampung langsung menuju ke Pantai Pasir Putih. baa selengkapnya
9. Pulau Kubur
pulau Kubur terletak di Teluk Lampung yang ada di daerah pesisir Bandar Lampung. Pulau ini mempunyai luas hanya sekitar 5 hektare saja.
Kenapa dinamakan Pulau Kubur? Mungkin para penelusur mengira jika pulau ini digunakan sebagai tempat menguburkan orang sehingga dinamakan Pulau Kubur. Namun penafsiran para penelusur tersebut salah, karena ternyata usut punya usut dulunya pulau ini digunakan untuk upacara penaburan abu jenazah ke lautan. Sehingga dinamakanlah Pulau Kubur. baca selengkapnya
10. Pantai Mutun
Pantai Mutun berada di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pasawaran, Bandar Lampung. Pantai ini memiliki pasir putih dengan air lautnya yang tergolong bersih menjadikan Pantai Mutun adalah salah satu obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi di Lampung. Tak hanya itu, Pantai Mutun Pulau Tembikil juga memiliki waterboom yang langsung langsung terjun ke lautan, sehingga banyak warga yang penasaran untuk mencoba wahana air ini.baca selengkapnya
11. Teluk Kiluan
teluk kiluan adalah tempat wisata alam yang terletak di desa Kiluan Negeri, kecamatan Kelumbayan, kabupaten Tanggamus, provinsi Lampung. Jarak tempuh dari kota bandar lampung kurang lebih sekitar 80 kilometer atau 3-4 jam perjalanan.
Untuk mencapai Teluk Kiluan dari Jakarta dan sekitarnya yaitu para penelusur pertama – tama harus menyebrangi Selat Sunda dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakaheuni di Lampung. Para penelusur dapat menggunakan kendaraan pribadi ataupun angkutan umum menuju Pelabuhan Merak. Untuk menyeberang dari pelabuhan merak ke bakauheni para penelusur akan dikenakan biaya sekitar Rp 15.000/orang atau bila menggunakan mobil mini bus akan dikenakan biaya penyebrangan sekitar Rp 235.000/mobil. Waktu yang dibutuhkan untuk menyebrang dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni adalah selama 2 hingga 4 jam tergantung pada cuaca dan juga kapal yang para penelusur tumpangi. baca selengkapnya
12. Taman Basional Way KambasTaman Nasional Way Kambas (TNWK) berlokasi di ujung selatan Pulau Sumatera, jaraknya 110 km dari Kota Bandar Lampung. Tempat ini merupakan salah satu cagar alam tertua di Indonesia yang menempati  lahan seluas 1.300 km² berupa dataran rendah di sekitar Sungai Way Kambas, pantai timur Lampung. Pusat Pelatihan Gajah Way Kambas resmi didirikan tahun 1985.tem,tempat wisata way kambas di lampung ini didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1937 sampai sekarang masih terjaga sebagai Taman Nasional dan di sini diyakini ada sekitar 200 gajah sumatera (Elephas maximus sumatranensis) hidup di dalam Taman Nasional. baca selengkapnya

No comments:

Post a Comment