Kembalinya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang menjadi momentum sejarah yang penting bagi masyarakat muslim Semarang. Momentum kembalinya banda wakaf tersebut menjadi titik klimaks perjuangan masyarakat muslim semarang dalam menyelesaikan masalah yang sebenarnya telah muncul seajk tahun 1980.Kembalinya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang tersebut inilah yang menjadi latar belakang sejarah pendirian Masjid Agung Jawa Tengah.
Pada tanggal 6 juni 2001 Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah yang terdiri atas unsur Pemerintahan Propinsi, Majelis Ulama Indonesia, Masjid Besar Kauman Semarang, Departemen Agama, Departemen Pekerjaan Umum, Organisasi Kemasyarakatan Islam, Pemerintah Kota, dan Cendekiawan.
Tim ini yang kemudian lebih dikenal sebagai Panitia Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), bekerja keras menanggulangi masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan : status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang. Adalah pemilihan lahan tapak yang banyak disoroti masyarakat, karena membutuhkan luas lahan 10 hektar. Padahal tanah wakaf yang dikembalikan ke Masjid Besar Kauman Semarang terdiri atas 6 blok terpisah-pisah, dan hanya satu yang ukurannya cukup besar, mancapai 10 hektar. Lahan di Jl. Gajah yang cukup besar ini terletak sekitar 800 m dari Jl. Arteri Soekarno Hatta yang merupakan jala besar.
Pada bulan September 2001, Panitia berhasil menerbitkan sebuah dokumen teknis yang menjadi kerangaka acuan kerja bagi para peserta sayembara. Masjid ini diharapkan menjadi pusat pelayanan ibadah dan kemasyarakatan, sekaligus pusat pelayanan ibadah dan kemasyarakatan, sekaligus pusat pendiidkan dakwah islam ,silaturahmi dan komunikasi dunia islam selain itu masjid tersebut juga diharapkan dapat menjadi pusat inovasi pemikiran islam dan pusat pemberdayaan ekonomi umat. Lingkup pelayanan yang dikehendaki adalah Jawa Tengah, bertempat di Semarang. Karena skala ukurannya tersebut, Masjid Agung Jawa Tengah harus pula menjadi tuntunan atau landmark kota. Untuk itu bentuk masjid haruslah mengikuti perkembangan jaman sekaligus menyiratkan jiwa napas Jawa Tengah.
Pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama Ri, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari Negara-negara sahabat, yaitu Arab Saud, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dabi. Dengan demikian mata dan perhatian dunia internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut. Sebelum dilakukan pemasangan tiang pancang tersebut, dilaksanakanlah pengajian dan mujahadah oleh kiai-kiai karismatik seperti KH. Munif Zuhri dari Girikusumo, KH. Baqoh Arifin dari Kajoran, KH. Habib Luthfi dari Pekalongan dan lain-lain.
Akhirnya umat islam di Jawa tengah patut berbangga bahwa pada akhirnya mereka dapat memiliki masjid agung yang megah dan indah, sarat keistimewaan dibanding masjid-masjid lain, yakni Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang terletak di Jl. Gajah Raya Kelurahan Sambirejo di Kota Semarang. Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektare dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi tersebut bargaya arsitektur perpaduan antara Jawa, Jawa Tengah dan Yunani. Gaya Timur tengah terlihat dari kubah dan empat minaretnya. Gaya Jawa tampak dari bentuk tanjungan dibawah kubah utama. Sedangkan gaya Yunani tampak pada 25 Pilar-pilar kolosium yang dipadu dengan kaligrafi yang indah.
Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 Nopember 2006, namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah shalat jum’at untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah)
Wilalyah Semarang Kota memiliki berbagai aspek potensi wisata yang menarik. Salah satu yang terpenting di Semarang (Jawa Tengah) adalah keberadaan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Masjid yang dibangun yang mulai dibangun pada tahun 2001 ini telah selesai dan dibuka untuk umum pada tahun 2006. Keberadaan masjid ini telah menjadi maskot Jawa Tengah dengan fitur kalangan islam. Masjid ini dibangun di atas tanah desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Semarang Kota.
Bentuk penampilan arsitekturnya merupakan gubahan baru yang mengambil model dari tradisi para wali dengan membubuhkan corak universal arsitektur Islam pada bangunan pusatnya dengan menonjolkan Kubah utama yang dilengkapi dengan minaret runcing menjulang di keempat sisinya.
Keistimewaan Masjid ini adalah bangunanya yang meneladani prinsip gugus model Kluster dan adanya 6 buah payung elektrik raksasa untuk memayungi para jemaah di halaman masjid yang dapat membuka/menutup secara otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi Madinah. MAJT memiliki menara setinggi 99 M yang dinamakan Menara Al Husna. Di dalamnya terdapat museum dan kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Di dalam menara disediakan teropong pandang. Bagi yang ingin berekreasi, MAJT juga menyediakan beberapa fasilitas hiburan, seperti arena bermain dan kereta kelinci yang akan membawa pengunjung mengitari kompleks masjid.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga merupakan obyek wisata terpadu pendidikan, religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, pengunjung dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab.
Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan.
Selain bangunan utama masjid yang luas dan indah, terdapat bangunan pendukung lainnya. Bangunan pendukung itu di antaranya: auditorium di sisi sayap kanan masjid yang dapat menampung kurang lebih 2.000 orang. Auditorium ini biasanya digunakan untuk acara pameran, pernikahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sayap kiri masjid terdapat perpustakaan dan ruang perkantoran yang disewakan untuk umum. Halaman utama masjid yang terdapat 6 payung hidrolik juga dapat menampung jamaah sebanyak 10.000 orang.
Keistimewaan lain masjid ini berupa Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Dipuncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas.
Di masjid ini juga terdapat Al qur`an raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat.
Di area Masjid Agung Jawa Tengah terdapat berbagai macam fasilitas seperti perpustakaan, auditorium, penginapan, ruang akad nikah, pemandu wisata, museum kebudayaan Islam, cafe muslim, kios-kios cenderamata, buah-buahan, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga berbagai macam sarana hiburan seperti air mancur, arena bermain anak-anak, dan kereta kelinci yang dapat mengantarkan pengunjung berputar mengelilingi kompleks masjid ini.
Untuk memasuki kawasab Masjid Agung Jawa Tengah, pengunjung tidak dipungut biaya. Namun, jika pengunjung ingin memasuki area tertentu seperti Menara Asmaul Husna, pengunjung diwajibkan membayar Rp 3.000 per orang untuk jam kunjungan antara pukul 08.00—17.30 WIB. Dan apabila pengunjung datang pada jam 17.30—21.00 WIB tarif tersebut meningkat menjadi Rp 4.000 per orang. Bagi pengunjung yang ingin menggunakan teropong yang terdapat di Menara Asmaul Husna itu, maka pengunjung harus mengeluarkan ongkos tambahan sebesar Rp 500,- per menit.
Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang megah dan spektakuler, dengan luas 10 ha dan berkapasitas 13 ribu jemaah, berlokasi di Jalan Gajah Semarang Timur. Dilengkapi dengan Fasilitas yang lengkap, seperti convention hall, souvenir shop, pujasera, gedung perkantoran, perpustakaan, dan wisma penginapan. Telp: (024) 6725411/ 6725412
Informasi Pengunjung
Masjid Agung Jawa Tengah memiliki fitur wisata yang marik seperti Gedung Pertemuan, Hotel, Kantor Pengelola, Perpustakaan, Galeri Pertokoan, Parkir, MCK, Ruang Kantor, dan Foodcourt. Dan semuanya telah diuraikan seperti di atas. Untuk Biaya masuk ke kawasan masjid, pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya tiket masuk (GRATIS). Tetapi bagi yang membawa kendara bermotor akan diberlakukan biaya parkir kendaraan sekitar Rp1000,- /perkendaraan bermotor roda dua.
No comments:
Post a Comment