Pulau Bali
Bali adalah nama salah satu provinsi
di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari
provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga
terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida,
Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.
Bali terletak di antara Pulau Jawa
dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian
selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia,
Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil
seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga
dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Sejarah tari Barong
Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari
khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara
kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh
Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan
dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing
di mulutnya.
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di
Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Macan,
Barong Landung. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering
menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki
kostum dan tarian cukup lengkap.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara
singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit,
potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun
pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu
penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong,
sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor
Barong.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan
Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita
yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara
Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera
(sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut
Rangda.
2.2. Macam-macam Tari Barong
Barong
Ket :
Barong
Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali
dan paling sering dipentaskan serta memiliki pebendaharaan gerak tari yang
lengkap. Dari wujudnya, Barong Ket ini merupakan perpaduan antara singa, macan,
sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari
kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok
(serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu
burung gagak.
Barong
Bangkal : Bangkal artinya babi besar yang berumur tua, oleh sebab itu
Barong ini menyerupai seekor bangkal atau bangkung, Barong ini biasa juga
disebut Barong Celeng atau Barong Bangkung. Umumnya dipentaskan dengan
berkeliling desa (ngelelawang) oleh dua orang penari pada hari-hari tertentu
yang dianggap keramat atau saat terjadinya wabah penyakit menyerang desa tanpa
membawakan sebuah lakon dan diiringi dengan gamelan batel / tetamburan
BARONG
LANDU :
Barong
Landung adalah satu wujud susuhunan yg berwujud manusia tinggi mencapai 3 meter.
Barong Landung tidak sama dengan barong ket yg sudah dikomersialisasikan.
Barong Landung lebih sakral dan diyakini kekuatannya sebagai pelindung dan
pemberi kesejahteraan umat. Barong Landung banyak dijumpai disekitar Bali
Selatan, spt Badung, Denpasar, Gianyar, Tabanan.
Barong
Macan:
Sesuai
dengan namanya, Barong ini menyerupai seekor macan dan termasuk jenis barong
yang terkenal di kalangan masyarakat Bali. Dipentaskannya dengan berkeliling
desa dan adakalanya dilengkapi dengan suatu dramatari semacam Arja serta
diiringi dengan gamelan batel.
Rangda :
Adalah ratu dari para leak dalam mitologi Bali.
Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan memakan anak kecil
serta memimpin pasukan nenek sihir jahat melawan Barong, yang merupakan simbol
kekuatan baik.
2.3. Pelaksanaan
Tari Barong
A. Alur Cerita
Tari Barong ini merupakan jenis tarian dari Pulau Bali
yang cukup terkenal dan geraknya tidak kalah bagus dengan jenis tarian yang ada di
Pulau Bali lainnya. Tari Barong terdiri dari lima babak. Untuk keterangan yang
lebih jelas, maka penulios akan menceritakan alur ceritanya yang penulis
saksikan saat karya wisata ke Pulau Bali.
1.Gending
Pembukaan
Barong
dan kera sedang bermain di hutan yang lebat, tak lama kemudian dating tiga
orang bertopeng yang menggambarkan sedang membuat keributan dan merusak
ketengan hutan. Mereka bertemu dengan kera dan akhirnya berkelahi, dimana kera
dapat memotong hidung salah seorang dari mereka.
2. Babak
I
Dua
orang penari muncul. Mereka adalah pengikut – pengikut Rangda dan mereka sedang
mencari para pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan menemui patihnya.
3.
Babak II
Para
pengikut Dewi Kunti tiba. Saat itu pula, salah seorang pengikut Rangda berubah
menjadi setan lalu memasukan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti sehingga
menyebabkan mereka menjadi marah.
4. Babak
III
Muncullah
Dewi Kunti dan anaknya Sahadewa. Ia pun berjanji pada Rangda untuk menyerahkan
Sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan
anaknya pada Rangda. Tetapi setan yang menyebabkan Dewi Kunti menjadi marah dan
berniat mengorbankan anaknya serta memerintahkan Patihnya untuk membuang
Sahadewa ke dalam hutan. Patihnya juga tak luput dari kerasukan roh jahat,
sehingga Sahadewa diikat di muka istana Rangda.
5. Babak
IV
Turunlah
Dewa Siwa, lalu memberikan keabadian kepada Sahadewa dan keabadian itu tidak
diketahui oleh Rangda. Kemudian datanglah Rangda, lalu dia membunuh Sahadewa,
tapi Sahadewa tidakmati karena kekebalan yang dianugerahkan oleh Dewa Siwa.
Rangda pun menyerah lalu memohon untuk diselamatkan supaya bias masuk surga.
Perintah itupun dipenuhi oleh Sahadewa
6. Babak V
Kalika
adalah pengikut Rangda. Dia sedang menghadap Sahadewa. Penolakan ini
menimbulkan perkelahian, dan kalika berubah menjadi Babi Hutan Sahadewa pun
memenangkan perkelahian tersebut, kemudian Kalika berubah menjadi Burung tetapi
tetap bisa dikalahkan. Akhirnya, Kalika berubah lagi menjadi Rangda. Oleh
karena saktinya Rangda ini maka Sahadewa tidak dapat membunuhnya dan akhirnya Sahadewa
berubah menjadi Barong. Karena sama saktinya maka
pertarungan ini berlangsung dengan abadi (kebijakan melawan kebatilan).
B. Lokasi dan Fasilitas Tempat Pementasan
Tari Barong ini dipertunjukkan di
sebuah panggung dan hanya menggunakan penerangan cahaya matahari. Di panggung
tersebut terdapat Candi Bentar yang berfungsi sebagai dekorasi sekaligus tempat
keluar masuknya penari – penari Tari Barong. Candi Bentar merupakan pintu masuk
Pekarangan desa yang mana sudah
jaman dulu sampai sekarang digunakan sebagai latar belakang pementasan tari.
Sedangkan dekorasi lainnya adalah sepasang payung upacara dikedua sisi Candi
Bentar, umbul – umbul serta beberapa tanaman dan hiasan dari janur khas Bali.
Perangkat gamelan di sisi kiri panggung.
C. Kesurupan Penari Barong
Bali memang menyuguhkan eksotisme.
Termasuk budaya mistiknya yang kental di masyarakat. Salah satunya adalah saat
pertunjukan tari barong yang disajikan kepada para tamu yang berkunjung ke
sanggar-sanggar seni rakyat.
Beberapa saat lalu saya berkesempatan untuk
menyaksikan pergelaran Tari Barong di Gianyar, Bali. Pertunjukan biasanya
dipergelarkan setiap hari mulai pukul 9.30 hingga pukul 11.30 WITA di sebuah
gedung pertunjukan rakyat yang sederhana. Awalnya gedung itu kosong, saya
berkesempatan berkeliling gedung. Saya menyaksikan banyak makhluk halus berumah
di belakang pentas. Ada beragam jenis makhluk halus yang ada di gedung
luas ini. Mulai berbentuk singa namun berbadan manusia, ada yang bertentuk
manusia berwarna gelap berkepala besar dan memiliki taring menonjol, ada yang
berbentuk kera hitam, ada berbentuk wanita cantik dan lain-lain.
Menjelang pukul 9.30 tempat duduk
yang terbuat dari beton itu terisi penuh oleh para tamu wisatawan. Pertunjukan
dimulai dengan gamelan Bali yang rancak dan magis. Denyut nadi berdegub penuh
gairah. Ini ciri gamelan Bali yang berbeda dengan gamelan Jawa yang lebih
pelan. Tari barong itu menyajikan kisah bagaimana Barong simbol kebaikan
bertempur dengan Rangda sebagai simbol kejahatan. Barong dan Rangda sama-sama
sakti dan tidak terkalahkan. Begitulah isi dunia ini. Selagi dunia ini ada,
kejahatan dan kebaikan selalu menjadi pasangan abadi yang tidak pernah lenyap.
Pasangan yang siap bertempur tanpa ada yang menang dan kalah.
Yang menarik, pada saat akhir pertunjukan
tari yaitu ketika prajurit rangda yang diperankan oleh tiga pria tanpa
menggunakan baju itu keluar membawa keris. Mereka unjuk kesaktian.
Menusuk-nusukkan keris sekuat tenaga ke dada dan tidak ada luka sedikitpun pada
tubuh mereka. Terlihat mereka kebal senjata pada saat-saat khusus yaitu saat
kondisi jiwa mereka sedang trance atau kesurupan. Kesadaran fisik mereka
menghilang untuk sementara dan diganti dengan kesadaran jiwa dan ruh.
Sayangnya, kesadaran jiwa dan ruh siapakah yang memasuki tubuh mereka, mereka
sendiri tidak menyadarinya.
Tahukah siapa yang memasuki kesadaran jiwa mereka sehingga senjata
apapun tidak mempan melukai tubuh parajurit rangda itu? Yang masuk ke tubuh
mereka adalah para makhluk halus yang saya lihat sebelum pertunjukan.
Masuknya makhluk halus ke tubuh
mereka terlihat begitu cepat dalam hitungan sepersekian detik. Seiring dengan
melemahnya kesadaran para penari tersebut dan diganti dengan kesadaran lain
yaitu kesadaran makhluk halus itu. Untungnya, kejadian ini tidak berlangsung
lama. Sekitar sepuluh hitungan, seorang pawang makhluk halus (dukun) berpakaian
putih datang dan memercikkan air ke tubuh mereka. Seketika itu pula kesaktian
mereka hilang dan kesadaran mereka pulih seperti sedia kala.
Fenomena ini sama seperti saat
penari kuda lumping memakan kaca dan beling yakni saat kondisi mereka sedang
kesurupan, atau pemain debus yang menjilati api namun lidah sama sekali tidak
terbakar. Kesurupan adalah kondisi saat kesadaran kita hilang dan diganti
dengan kesadaran lain yang bukan kesadaran diri kita. Kesadaran semacam ini
bisa direkayasa untuk maksud-maksud khusus sepertki pertunjukan dan lain-lain.
Kesurupan memang tidak selalu enak ditonton karena menyajikan atraksi kekebalan
badan.
Kalau tari barong, debus dan kuda
lumping nyaman dinikmati sebagai hiburan tidak demikian dengan aksi para
politikus yang biasanya juga mengadakan atraksi “kesurupan.” Pertunjukan mereka
sangat buruk dan dari segi moral sangat tidak nyaman dirasakan oleh rakyat
kebanyakan. Lihatlah bagaimana mereka yang terlibat kasus Bank Century (para
petinggi negara), KPK—Kejaksaan—Kepolisian, dan berbagai kasus lain saling
berebut mencari pembenaran. Mereka juga benar-benar kesurupan saat hanya
menyalahkan pihak lain dan membenarkan dirinya sendiri. Seakan-akan diri
merekalah yang paling benar dan berhak untuk bebas dari jeratan hukum. Para
tersangka ternyata juga kebal. Bila penari Barong kebal senjata tajam, maka
para tersangka kebal hukum. Bila penari Barong bisa sadar dari kesurupan karena
bantuan dukun, para tersangka mungkin tidak pernah sadar karena hati nurani
mereka telah terbiasa untuk ditipu daya oleh kesadaran-kesadaran palsu.
2.4. Daya Tarik Tari Barong
Tari barong selain sebagai tarian tradisional merupakan
sebuah kesenian yang bersifat sakral. Namun di balik ke sakralan tarian ini,
ternyanta menyimpan sebuah ke unikan tersendiri baik itu dalam cara
pementasannya maupun daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Pada awalnya, seni ini merupakan seni pertunjukan yang
bersifat sakral dan pementasannya dilaksanakan hanya pada saat-saat tertentu,
misalnya pada saat upacara bersih desa yangdiselenggarakan pada minggu pertama
bulan Haji (Besar). Tetapi, dewasa ini seni barong sudah menjadi pertunjukan
yang bersifat hiburan sehingga bisa dipentaskan pada saat pesta perkawinan,
khitanan, atau pergelaran-pergelaran seni lainnya. Kesenian ini merupakan seni
rakyat yang secara khusus mengandung ciri khas Using, baik yang menyangkut
musik, tari, dialog, maupun ceritanya
Tari Barong biasanya diiringi beberapa gamelan khas, seperti
kendang, kecrek, gong dan ketuk. Sekilas, gamelan Barong mirip Kuda Lumping dan
Reog Ponorogo. Bedanya, Barong tidak menggunakan terompet. Personal Barong 12
orang, terdiri atas dua penari Barong, dua penari berbentuk ayam. Barong ditarikan
dua orang, di kepala dan di bagian ekor. Gending pengiring Barong sarat petuah
kehidupan. Musiknya rancak seperti orang bertarung sebagai simbol kebersamaan.
Ada sekitar 20 jenis gending pengiring Barong. Di antaranya, kembang jeruk,
prejengan dan kopyahan. Dalam sekali tarian membutuhakan waktu sekitar 2 jam.
Tari Barong diakhiri tari Ayam Bertarung, simbol suasana kemenangan.
Dalam Pesta Perkawinan
Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat setempat menanggap
barong Kemiren dalam hajat apa pun. Dengan menanggap barong, sang pengantin
berharap rumah tangganya selalu bahagia dan mendapat banyak keberuntungan.
Masyarakat Kemiren pun menjadikan acara ini sebagai hiburan yang tak pernah
lekang.
Saat
prosesi biasanya barisan macan-macanan berada di depan barong, di belakang
barong, sepasang pengantin duduk di atas kereta kuda. Iring-iringan
diarak berkeliling desa dan berakhir di rumah sang pengantin. Tontonan
ini disebut arak-arakan Barong Kemiren, yang ditanggap dalam hajat
perkawinan tradisional di desa yang berjarak 6 kilometer dari Kota Banyuwangi
itu..
Barong Kemiren bisa juga ditanggap
semalaman suntuk. Dengan
tiga tahap cerita, barong dimainkan . Barong Kemiren tak sekadar menjadi
kesenian yang ditanggap untuk menghibur. Oleh warga desa, yang sebagian besar
petani, barong sangat disakralkan karena dipercaya memiliki kekuatan magis
arwah nenek moyang.
Upacara Bersih Desa
Pemangku adat Desa Kemiren, Serad, bercerita, barong dipakai
dalam upacara bersih desa, yang dilakukan setiap setiap tanggal 2 Syawal atau
Lebaran ( idul Fitri ) kedua, yang disebut upacara Idher Bumi. Barong
dengan tabuhan gamelan mengelilingi desa dan ditutup dengan makan bersama di
sepanjang jalan desa.
Dalam acara Ider Bumi ada empat
jenis tarian Barong yang ditampilkan dan mempunyai cerita sendiri-sendiri. Keempat jenis Barong tersebut adalah
Barong Tua, Barong Remaja, Barong anak-anak dan Barongsai. Keempat jenis Barong
adalah sebagai lambang generasi-generasi yang menghuni desa Kemiren.
Diikutkannya Barongsai dalam acara tersebut karena di desa Kemiren yang
terkenal dengan Kampung Using ternyata ada etnik lain yang menghuninya, yaitu
Tionghoa.
Acara serupa dilaksanakan setiap
tanggal 1 bulan Haji dengan membuat seribu tumpeng atau dikenal dengan
selamatan “Tumpeng Sewu“. “Ritual ini sebagai ucapan syukur masyarakat karena
diberikan rejeki berlebih,” Serad menambahkan. Barong sebagai sarana ritual
kesuburan tampak pada makanan yang disajikan, yakni makanan hasil bumi, seperti
nasi tumpeng dan sayur, jajan pasar, pala kependhem, pala gumandhul, dan pala
kesimpar. Selain Ritual ini dilaksanakan untuk menghormati danyang desa Kemiren
agar kemakmuran desa tetap terjaga dan terjauhkan dari bencana.
Tersebutlah riwayat 20 tahun lalu. Upacara ini pernah
ditinggalkan karena hujan lebat. Beberapa hari kemudian, istri salah satu ahli
waris barong kesurupan. Ia berteriak-teriak marah karena Idher Bumi tidak
digelar. Tidak lama kemudian, bayi wanita itu meninggal. “Kami takut
kalau sampai ritual Idher Bumi tidak digelar,” kata Serad.
Kesakralan Barong juga dimanfaatkan
untuk pengobatan penyakit. Obat diambilkan dari kemenyan yang dibakar di bawah
tubuh barong, lalu dilarutkan dalam air, yang dipercaya bisa mengobati berbagai
penyakit, mulai buta hingga sakit perut.mulai pukul 21.00 sampai 06.00 keesokan
harinya.
Daya tarik yang tawarkan dalam tarian ini adalah kesakralan
dalam pementasannya. Namun tidak hanya itu, tari barong di bali juga memiliki
ke unikan tersendiri. Dari berbagai daerah di Bali tari barong berbeda. Sebagai
pertunjukan adat dan agama, kesenian barong tersebut dipentaskan tidak di
sembarang tempat dan waktu. Pertimbangan ‘dewasa ayu’ (hari
baik), tempat-tempat sakral dan suci serta tujuan-tujuan tertentu juga menjadi
pertimbangan untuk pertunjukan. Setiap pementasan kesenian itu selalu
dilengkapi dengan upacara sesajen tertentu sesuai dengan adat masyarakat
masing-masing pendukungnya. Oleh karena itu, kesenian Barong Landung dapat
digolongkan sebagai seni sakral ataupun seni wali bila ditinjau dari segi
fungsinya.
Kuantitas perkembangan kesenian
Barong Landung di Bali masih statis, hanya terdapat di beberapa kabupaten yakni
Gianyar, Badung, Denpasar dan Tabanan. Bahkan jenis pertunjukannya yang
masih aktif di beberapa kabupaten tersebut hingga kini jumlahnya relatif
sedikit, karena sangat beralasan tidak semua kabupaten di Bali memiliki
kesenian Barong Landung. dalam keinginan saya disuatu saat saya bisa tinggal di
Bali dan bisa lebih mengetahui budaya bali yang unik.
No comments:
Post a Comment