Tari Gambyong
Sejarah Tari
Gambyong Jawa Tengah
adalah Seni tari yang berasal dari Surakarta Jawa
Tengah. Awal mula istilah Gambyong berawal dari nama seorang penari taledhek
yang bernama Gambyong yang hidup pada zaman Sunan Paku Buwana IV di Surakarta. Penari
ledhek yang bernama Gambyong ini memiliki kemnahiran dalam menari dan kemerduan
dalam suara sehingga menjadi pujaan kaum muda pada zaman itu. Istilah taledhek tersebut juga digunakan untuk
menyebut penari tayub, penari taledhek, dan penari gambyong.
Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong,
sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah
dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Arah
pandangan mata yang bergerak mengikuti arah gerak tangan dengan memandang
jari-jari tangan ,menjadikan faktor dominan gerak-gerak tangan dalam eksGambyong juga dapat diartikan sebagai tarian tunggal
yang dilakukan oleh seorang wanita atau tari yang dipertunjukkan untuk
permulaan penampilan tari atau pesta tari. Gambyongan mempunyai
arti menggambarkan wanita menari di dalam pertunjukan wayang kulit sebagai
penutup. presi tari Gambyong. Gerak kaki pada saat sikap beridiri
dan berjalan mempunyai korelasi yang harmonis.
Seiring dengan perkembangan zaman, tari
gambyong mengalami perubahan dan perkembangan dalam bentuk
penyajiannya. Pada awalnya, bentuk sajian tari gambyong didominasi oleh
kreativitas dan interpretasi penari dengan pengendang. Di dalam urut-urutan
gerak tari yang disajikan oleh penari berdasarkan pada pola atau musik gendang.
Perkembangan selanjutnya, tari gambyong lebih didominasi oleh
koreografi-koreografi tari gambyong.
Tari
gambyong merupakan salah satu bentuk tari tradisional Jawa. Tari gambyong ini
merupakan hasil perpaduan tari rakyat dengan tari keraton. ‘Gambyong’ semula
merupakan nama seorang waranggana – wanita terpilih atau wanita penghibur –
yang pandai membawakan tarian yang sangat indah dan lincah. Nama lengkap
waranggana tersebut adalah Mas Ajeng Gambyong.
Awal
mulanya, tari gambyong sebagai bagian dari tari tayub atau tari taledhek.
Istilah taledhek tersebut juga digunakan untuk menyebut penari tayub, penari
taledhek, dan penari gambyong. Sejarah Tari Gambyong Jawa Tengah juga dapat
diartikan sebagai
tarian
tunggal yang dilakukan oleh seorang wanita atau tari yang dipertunjukkan untuk
permulaan penampilan tari atau pesta tari. Gambyongan mempunyai arti golekan
‘boneka yang terbuat dari kayu’ yang menggambarkan wanita menari di dalam
pertunjukan wayang kulit sebagai penutup.
Seiring
dengan perkembangan zaman, Sejarah Tari Gambyong Jawa Tengah mengalami
perubahan dan perkembangan dalam bentuk penyajiannya. Pada awalnya, bentuk
sajian tari gambyong didominasi oleh kreativitas dan interpretasi penari dengan
pengendang. Di dalam urut-urutan gerak tari yang disajikan oleh penari
berdasarkan pada pola atau musik gendang. Perkembangan selanjutnya, tari
gambyong lebih didominasi oleh koreografi-koreografi tari gambyong.
Perkembangan koreografi ini diawali dengan munculnya tari Gambyong Pareanom pada
tahun 1950 di Mangkunegaran, dan yang menyusun ialah Nyi Bei Mintoraras.
Setelah kemunculan tari Gambyong Pareanom, banyak varian tarian gambyong yang
berkembang di luar Mangkunegaran, diantaranya Gambyong Sala Minulya, Gambyong
Pangkur, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Mudhatama, Gambyong
Dewandaru, dan Gambyong Campursari.
Perkembangan
Sejarah Tari Gambyong Jawa Tengah
Dari tahap
ke tahap perkembangan tari gambyong, pada tahun 1980-an merupakan perkembangan
yang paling pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyak bentuk sajian yang
memodifikasi unsur-unsur gerak dengan perubahan tempo, volume, dinamik,
kualitas gerak, dan lain sebagainya. Semakin meningkatnya frekuensi penyajian
dan jumlah penari, membuat tari gambyong menjadi berubah dari sisi fungsi
Sejarah Tari Gambyong Jawa Tengah dalam kehidupan masyarakat. Tari gambyong
yang dulunya berfungsi sebagao tontonan dan hiburan, berkembang menjadi tari
untuk penyambutan tamu dalam berbagai acara. Selain itu, peningkatan jumlah
penari yang disebabkan oleh bentuk sajian secara masal dan ditambah dengan
rentang usia penari yang bervariasi, dari gadis remaja sampai ibu-ibu. Saat ini
bahkan seni tari gambyong sudah berbaur di berbagai tingkatan pendidikan, dari
mulai PAUD sampai Perguruan Tinggi. Dari hal tersebut, menandakan bahwa Sejarah
Tari Gambyong Jawa Tengah memiliki sifat njawani atau khas Jawa yang tidak akan
cepat hilang tertelan zaman, situasional, dan fleksibel.
Menurut Dewi
Sulastri, seorang penari dan sekaligus pendiri Drama Wayang Orang Swargaloka,
untuk melestarikan budaya khususnya tari, hal yang sangat penting adalah kita
mampu berinovasi sesuai perkembangan zaman, tetapi tetap berpegangan pada akar
budaya tersebut. “Karena dunia saya tradisional, saya lebih tertarik pada tradisional,
tetapi tari tradisional itu bisa kita kembangkan menjadi tari kontemporer,
sesuai dengan perkembangan zaman” tuturnya. Ditambahkan lagi upaya untuk
melestarikannya dengan cara menarik minat generasi muda dengan memberikannya
nilai-nilai budaya yang luhur sejak dini. Selain itu, ‘kemasan’ budaya haruslah
dibuat semenarik mungkin untuk membuat orang tertarik belajar budaya tersebut,
paparnya.
Pada zaman
ini, Sejarah Tari Gambyong Jawa Tengah memiliki perubahan nilai estetis dan
dipadati oleh koreografi yang menarik. Nilai khas tari gambyong terletak pada
ornamen-ornamen gerak tari dan keharmonisan pada gerak dan pola irama kendang.
Penghayatan total dan disertai dengan wilet yang bagus akan sangat menambah
nilai sensualnya. Hal ini merupakan daya tarik bagi penonton untuk menikmati
pertunjukan tari gambyong ini. Ke depannya, tari gambyong semakin meningkat
dari segi kualitas (peningkatan nilai estetisnya) dan segi kuantitas
(peningkatan jumlah koreografi, penyajian, dan jumlah penari). Sebagai generasi
penerus, kita berkewajiban untuk nguri-uri atau melestarikan dan mengembangkan
budaya milik kita sendiri.
Gerakan
Gerakan para
penari wanita yang lemah gemulai yang menunjukkan sikap dan watak para wanita
Jawa Tengah yang identik dengan lemah gemulai. Kesan tersendiri juga dapat anda
temukan ketika penari Gambyong menampilkan perpaduan gerak tangan dan kaki
sambil memainkan sehelai kain selendang yang dikalungkan di leher.
Iringan
Seperangkat
gamelan Jawa yang terdiri dari gong, gambang, kendang, serta kenong menjadi
musik pengiring pertunjukan Tari Gambyong. Dari sekian banyak alat musik, yang
dianggap sebagai otot tarian Gambyong yakni Kendang. Karena selama pertunjukan
berlangsung, Kendang itu yang menuntun penari Gambyong untuk menari mengikuti
lantunan tembang atau lagu berbahasa Jawa.
Kostum
penari
Gambyong mengenakan pakaian khas penari wanita Jawa Tengah yakni kain kemben
dengan bagian bahu terbuka sebagai atasan dan kain panjang bermotif batik
sebagai bawahan. Dalam pertunjukan Gambyong, penampilan penari Gambyong juga
dinilai memiliki peran penting. Konon, semakin cantik paras penarinya,
keistimewaan dari pertunjukan Gambyong dapat diperoleh.
Bentuk
Penyajian
Seiring
dengan perkembangan zaman, tari gambyong mengalami perubahan dan perkembangan
yaitu :
Pada
awalnya, bentuk sajian tari gambyong didominasi oleh kreativitas dan
interpretasi penari dengan pengendang. Di dalam urut-urutan gerak tari yang
disajikan oleh penari berdasarkan pada pola atau musik gendang.
Perkembangan
selanjutnya, tari gambyong lebih didominasi oleh koreografi-koreografi tari
gambyong. Perkembangan koreografi ini diawali dengan munculnya tari Gambyong
Pareanom pada tahun 1950 di Mangkunegaran, dan yang menyusun ialah Nyi Bei
Mintoraras.
Setelah
kemunculan tari Gambyong Pareanom, banyak varian tarian gambyong yang
berkembang di luar Mangkunegaran, diantaranya Gambyong Sala Minulya, Gambyong
Pangkur, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Mudhatama, Gambyong
Dewandaru, dan Gambyong Campursari.
Ciri- ciri
Ciri khas
pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing
Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu
menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot
tarian dan pemandu gendhing.
Fungsi
fungsi tari
gambyong dalam kehidupan masyarakat dulunya berfungsi sebagai pertunjukan
hiburan bagi Sinuhun Paku Buwono keenam dan tari untuk penyambutan tari
penyambutan ketika ada tamu kehormatan berkunjung ke Kesunanan Surakarta ,
sedangkan sekarang berkembang sebagai hiburan pertunjukan bagi masyarakat luas
Biasanya, tari Gambyong dimainkan ketika warga Jawa Tengah menyelenggarakan
pesta pernikahan adat. Sebagai promosi budaya Jawa Tengah, Gambyong juga
seringkali dimainkan di beberapa daerah selain Surakarta.
No comments:
Post a Comment