Monday, July 4, 2016

Kesenian Tari Gandrung



Gandrung sebagai Suatu Kesenian yang Indah
(Manusia dan Keindahan)
         Gandrung merupakan suatu keseniaan tari daerah yang berasal dari banyuwangi yakni tepatnya di daerah banyuwangi masyarakat blambangan. Karena hubungannya menyangkut antara manusia dan keindahan dari tari gandrung tersebut. Disebut keindahan karena pada tarian gandrung banyak menonjolkan adanya suatu  keindahan dari setiap tarian yang dibawakannya baik dari Gerakan-gerakan tariannya.gerakan-gerakan dari gandrung juga memiliki arti tersendiri bagi para penari gandrung itu sendiri maupun orang yang menyaksikan tarian gandrung tersebut saat dipentaskan.
       Adapun aspek keindahan terhadap manusia dari tarian gandrung tersebut dapat dilihat dari tahap-tahap pertunjukan tarian gandrung saat dipentaskan. Pertunjukan pada tarian gandrung tersebut dikenal dengan istilah-istilah dari daerah tersebut, seperti tahap pertama yang disebut jejer berikutnya tahap kedua yang disebut ngibing dan tahap terakhir yang disebut seblang subuh. Jejer sendiri memiliki arti atau makna bagian yang merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung pada bagian ini  penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan. Sedangkan ngibing memiliki makna sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama.
        Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Sang gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn(nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.
      Perbedaan antara keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah banda tertentu yang indah adalah terletak pada gerakan-gerakkannya yang dibawakan oleh penari,keindahan itu muncul dari setiap gerakan-gerakan yang merupakan cirri khas dari masyarakat banyuwangi.
      Nilai estetik yang dibawakan adalah harus rendah hati, ramah tamah, dan tidak pilih kasih dalam melayani tamu karena jika itu dilanggar maka dalam pertunjukkannya penari akan mengalami suatu hal yang diluar dugaan misalnya sakit dan mendapatkan halangan karena itu merupakan suatu persyaratan pada saat menari gandrung.
nilai ekstrinsik dari tarian gandrung ini,kita dapat tetap terus mengembangkan tarian sampai kegenerasi selanjutnya karena jika tidak begitu maka kesenian gandrung akan musnah dengan sendirinya karena kurangnya kesadaran masyarakat dan generasi muda dalam menjaga kelestarian budayanya. Oleh karena itu dibangun sekolah-sekolah tarian untuk melestarikan tarian tersebut.
          Nilai instrinsik bahwa dalam menari kita juga harus saling menjaga kesopanan antara penari dengan penonton sekalian sehingga timbul keselarasan yang baik.
Kontemplasi adalah suatu hal yang berbau suatu kesatuan dalam menjalankan suatu tarian gandrung dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemusik dan penari sedangkan ekstansi adalah keterkaitan antara penonton dengan penarinya atau suatu interaksi yang terjadi pada saat penari gandrung.
         Teori-teori dalam renungan bahwasannya masyarakat dituntut untuk menyadari betapa pentingnya mempertahankan suatu kebudayaan terutama tarian gandrung yang pada jaman dahulu dianggap sesuatu yang tabu karena para tamu (penonton )banyak yang melanggar norma-norma pada saat menari dengan penari gandrung apalagi dipengaruhi oleh minuman keras sehingga masyarakat mengganggap negative tarian tersebut.
Namun pada masa seperti sekarang ini banyak orang yang tidak menyadari  arti sebenarnya dari suatu keindahan gerakan tarian gandrung tersebut dan kebanyakkan masyarakat hanyalah sebagai penikmat kesenian daerah gandrung tersebut. Tarian gandrung sendiri mempunyai makna keindahan terhadap manusia, dari kata “Gandrung” yang memiliki arti  terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada penari yang menari sangat lemah gemulai dari setiap tarian yang dibawakan.
Kesimpulan :
Bahwa harus adanya keselarasan antara penonton dan penari gandrung sehingga tidak terjadinya suatu hal yang diluar dugaan . Sehingga masyarakat dapat menikmati tarian dengan tenang,aman, dan nyaman. Oleh karena itu kita juga harus melestarikan budaya ini agar anak cucu kita dapat menikmatinya nanti karena bila tidak seperti itu gandrung akan punah seiring dengan perkembangan jaman . untuk membantunya dibangunlah kesenian-kesenian gandrung d sekolah.Sehingga unsur instrinsik dan ekstrinsiknya dapat berjalan dengan baik.
Tari Cokek berkembang di daerah Betawi pada abad ke-19. Mulanya pertunjukan cokek ditarikan di rumah juragan-juragan atau tuan tanah untuk menghibur tamu yang datang. Kemudian, tari cokek berkembang menjadi tari pergaulan. Pada masa kini, tari cokek sering dipertunjukan dalam acara hajatan seperti perkawinan, sunatan, dan lain-lain. Tari cokek model baru memberi pesan pentingnya pergaulan yng baik dalam masyarakat.
Asal-muasal kata cokek dapat dijelaskan melalui dua versi. Versi yang pertama adalah karena tarian ini diperkenalkan oleh seorang tuan tanah asal Cina yang bernama Tan Sio Kek. Versi kedua menjelaskan bahwa kata Cokek berasal dari bahasa Hokkian, yaitu Cio Kek, yang artinya penari perempuan. Bahasa Hokkian memang banyak digunakan oleh para perantau Cina di Betawi karena memang banyak dari mereka yang berasal dari daerah Hokkian. Daerah Hokkian merupakan salah satu provinsi di Negara Cina.
Dalam perkembangannya, para penari Cokek disebut sebagai Wayang Cokek. Jumlah penari Cokek sekurang-kurangnya dua orang, yaitu sepasang penari laki-laki dan perempuan. Penari utamanya adalah perempuan. Pada zaman dahulu, yang menari hanyalah perempuan saja sedangkan penari laki-lakinya adalah para penonton yang diajak untuk ikut menari. Sekarang, para laki-laki pun ikut menari Cokek dan memakai pakaian yang sepadan dengan penari perempuannya.
Saat ini lau-lagu yang biasa dimainkan untuk mengiringi tari Cokek adalah lagu khas Betawi seperti: Gelatik Nguk-Nguk, Cente Manis, Surilang Enjot-Enjotan, Sirih Kuning, Keramat Karem, dan lain-lain.
Sayangnya, saat ini tari Cokek sudah mulai ditinggalkan oleh penduduk Jakarta. Warga asli Betawi pun sudah tidak menari Cokek lagi. Mereka saat ini lebih banyak tertarik pada hiburan lain seperti musik pop, jazz, rock, R n B, dll.
Kelompok tari Cokek yang masih tersisa kini bertahan di daerah pinggiran Jakarta seperti : Bekasi, Bogor dan Tangerang. Para penari dan pemain musiknya pun sudah berusia lanjut.
Dalam mengapresiasi dan mengekspresikan tari Cokek, ada beberapa nilai luhur yang bisa kita pelajari. Tari Cokek dilakukan berpasang-pasangan antara perempuan dan laki-laki. Setiap pasang penari harus kompak dan mau bekerja sama dengan baik. Kalau tidak bekerja sama dengan baik, tariannya akan menjadi kacau.
Tari Cokek termasuk kesenian Betawi yang hampir punah. Dengan mempelajarinya, kita sudah ikut melestarikan kesenian daerah Betawi. Melestarikan kesenian daerah merupakan perbuatan anak bangsa yang terpuji.

No comments:

Post a Comment