Thursday, May 5, 2016

Palembang Sriwijaya



Palembang adalah ibukota dari provinsi Sumatera Selatan dan merupakan kota terbesar kedua di Pulau Sumatera. Dulunya, Palembang terkenal dengan keberadaan kerajaan Sriwijaya, kerajaan Buddha yang paling besar
Selain terkenal dengan pempeknya, Palembang juga mempunyai potensi wisata yang tidak kalah dengan kota lainnya
Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan yang sudah menjadi ikon dan lambang kota Palembang. Mulai dibangun pada tahun 1962, jembatan ini selesai dibangun dalam jangka waktu 3 tahun. Jembatan Ampera menghubungkan Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang terpisahkan oleh Sungai Musi. Sekitar 50 meter dari Jembatan Ampera, terdapat sebuah pasar yang merupakan pusat souvenir dan makanan sehingga Anda dapat dengan mudah membeli oleh-oleh dan mengisi perut.
Sungai Musi adalah sungai terpanjang di Sumatera dengan panjang mencapai 750 KM. Sungai Musi membelah kota Palembang menjadi 2 bagian dan dulunya merupakan sarana transportasi utama di Palembang. Di tepi Sungai Musi terdapat beberapa obyek wisata, di antaranya restoran terapung, Kampung Arab, dan Benteng Kuto Besak. Menurut saya, Sungai Musi adalah tempat yang pas untuk di kota Palembang.
Pulau Kemaro terletak di tengah Sungai Musi, sekitar 6 KM dari Jembatan Ampera. Saat ini Pulau Kemaro adalah salah satu tempat wisata di Palembang yang paling terkenal. Di Pulau Kemaro terdapat sebuah vihara yang banyak didatangi oleh umat Buddha untuk berdoa dan berziarah. Di sini juga dapat ditemukan sebuah makam yang merupakan makam dari seorang putri Palembang. Putri ini mempunyai cerita tersendiri, yaitu dia menikah dengan anak raja dari China dengan mas kawin berupa 9 guci emas, namun pada akhirnya pasangan tersebut menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam.
Di Pulau Kemaro terdapat beberapa hal menarik, misalnya pagoda berlantai 9 yang dibangun pada tahun 2006, dan pohon cinta. Masyarakat setempat percaya bahwa bila sepasang kekasih mengukir namanya di pohon cinta ini, maka hubungan cinta mereka akan berlanjut sampai dengan pernikahan.
Taman Hutan Wisata Punti Kayu adalah tempat wisata di Palembang yang berupa hutan wisata. Hutan wisata ini adalah satu-satunya di Palembang, tidak ada hutan wisata yang lain. Berlokasi sekitar 7 KM dari pusat kota Palembang, Taman Hutan Wisata Punti Kayu adalah salah satu tempat keluarga yang favorit di Palembang. Mempunyai luas sektiar 50 hektar, Taman Hutan Wisata Punti Kayu mempunyai fasilitas wisata yang lengkap, disertai dengan penangkaran buaya dan kebun binatang. Selain berenang, bermain perahu, berpiknik, dan bermain di taman, Anda juga dapat melihat atraksi gajah dan Taman Hutan Wisata Punti Kayu adalah hutan pinus kota yang paling besar di Indonesia. Harga tiket masuk Taman Hutan Wisata Punti Kayu adalah 5,000 Rupiah dan buka dari jam 9 pagi sampai dengan jam 4 sore.
Benteng Kuto Besak adalah bangunan kebanggan kota Palembang. Berdiri kokoh dengan bahan batu, Benteng Kuto Besak merupakan saksi perjuangan melawan para penjajah. Dari Benteng Kuto Besak, Anda dapat melihat banyak kapal berlayar di Sungai Musi. Benteng Kuto Besak adalah salah satu tempat wisata di Palembang yang sudah menjadi ikon unik karena keindahan yang ditawarkannya, terutama pada sore hari.
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin adalah masjid yang paling besar di kota Palembang. Bangunan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin merupakan gabungan dari arsitektur Indonesia, Eropa, dan China. Tempat ini adalah tempat yang cocok untuk wisata budaya dan wisata religi di Palembang. Di dekat Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Anda dapat menemukan 2 pasar yang menjual berbagai macam souvenir, kain tenun, kerajinan kayu, dan makanan.
Taman Kambang Iwak merupakan salah satu peninggalan sejarah sejak jaman penjajahan Belanda. Dulunya, Taman Kambang Iwak digunakan untuk tempat rekreasi keluarga Belanda yang tinggal di sekitar Taman Kambang Iwak. Sekarang ini, Taman Kambang Iwak adalah salah satu tempat wisata di Palembang yang sangat disukai. Banyak orang berlari pagi di taman ini, mengelilingi kolam dengan panjang lebih dari 800 meter. Selain memiliki berbagai fasilitas permainan, tempat ini juga mempunyai banyak restoran yang cocok untuk berkumpul anak muda.
Gelora Sriwijaya adalah sebuah stadion sepak bola yang terbesar ketiga di Indonesia dengan kapasitas 40,000 orang. Selain besar, Gelora Sriwijaya juga diakui sebagai stadion berkelas internasional. Gelora Sriwijaya adalah bangunan kebanggaan Palembang. Saat ini Gelora Sriwijaya digunakan oleh Sriwijaya FC sebagai markas dan tempat pertandingan sepak bola. Selain itu, Gelora Sriwijaya juga sering kali digunakan sebagai tempat acara tertentu karena luas dan kapasitasnya yang besar.
Terletak di kota Pagar Alam, Air Terjun Lematang Indah adalah salah satu yang paling terkenal, dalam kategori wisata alam. Air Terjun Lematang Indah mempunyai ketinggian sekitar 40 meter, tidak terlalu tinggi, namun mempunyai lingkungan sekitar yang asri sehingga sangat menyejukan mata pengunjung. Perjalanan menuju Air Terjun Lematang Indah akan menyuguhkan Anda pemandangan yang indah, sehingga Anda tidak akan bosan di perjalanan. Bila Anda datang berkunjung pada musim hujan, berhati-hatilah karena tangga yang ada di Air Terjun Lematang Indah dapat menjadi sangat licin bila terkena hujan. Harga tiket masuk Air Terjun Lematang Indah adalah 4,000 Rupiah per orang.
Masjid Cheng Ho adalah masjid yang unik dan tiada duanya. Kenapa begitu? Jawabannya adalah karena Masjid Cheng Ho mempunyai nuansa khas budaya China. Sekarang ini, Masjid Cheng Ho tidak hanya sekedar tempat ibadah, melainkan sudah menjadi salah satu tempat wisata di Palembang yang paling favorit. Pengunjung Masjid Cheng Ho tidak hanya dari sekitar Palembang
Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.
Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:
  • Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
  • Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
  • Daerah pesisir timur laut.
Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara
Sriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara.
Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.
Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengan. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.

No comments:

Post a Comment