Sunday, May 15, 2016

Visit Solo



Cerita bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta Komandan pasukan Belanda J.A.B Van Hohenndorff untuk mencari lokasi ibukota kerajaan Mataram Islam yang baru. Setelah mempertimbangkan faktor fisik dan non-fisik akhirnya terpilihlah suatu desa di tepi Sungai Bengawan yang bernama desa Sala ( 1746 Masehi atau 1671 Jawa ). Sejak saat itu desa Sala berubah menjadi Surakarta Hadiningrat dan terus berkembang pesat.
Kota Surakarta pada mulanya adalah wilayah kerajaan Mataram. Kota ini bahkan pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram. Karena adanya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Mataram Islam terpecah karena propaganda kolonialisme Belanda. Kemudian terjadi pemecahan pusat pemerintahan menjadi dua yaitu pusat pemerintahan di Surakarta dan Yogyakarta. Pemerintahan di Surakarta terpecah lagi karena Perjanjian Salatiga (1767) menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.
Pada tahun 1742, orang-orang Tionghoa memberontak dan melawan kekuasaan Pakubuwana II yang bertahta di Kartasura sehingga Keraton Kartasura hancur dan Pakubuwana II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur. Dengan Bantuan VOC pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dan Kartasura berhasil direbut kembali. Sebagai ganti ibukota kerajaan yang telah hancur maka didirikanlah Keraton Baru di Surakarta 20 km ke arah selatan timur dari Kartasura pada 18 Februari 1745. Peristiwa ini kemudian dianggap sebagai titik awal didirikannya kraton Kasunanan Surakarta.
Pemberian nama Surakarta Hadiningrat mengikuti naluri leluhur, bahwa Kerajaan Mataram yang berpusat di Karta, kemudian ke Pleret, lalu pindah ke Wanakarta, yang kemudian diubah namanya menjadi Kartasura. Surakarta Hadiningrat berarti harapan akan terciptanya negara yang tata tentrem karta raharja (teratur tertib aman dan damai), serta harus disertai dengan tekad dan keberanian menghadapi segala rintangan yang menghadang (sura) untuk mewujudkan kehidupan dunia yang indah (Hadiningrat). Dengan demikian, kata “Karta” dimunculkan kembali sebagai wujud permohonan berkah dari para leluhur pendahulu dan pendirian kerajaan Mataram.
Sejarah nama kota Solo sendiri dikarenakan daerah ini dahulu banyak ditumbuhi tanaman pohon Sala ( sejenis pohon pinus) seperti yang tertulis dalam serat Babad Sengkala yang disimpan di Sana Budaya Yogyakarta. Sala berasal dari bahasa Jawa asli ( lafal bahasa jawa : Solo ) Pada akhirnya orang-orang mengenalnya dengan nama Kota Solo.

Kota Solo atau yang juga disebut dengan Surakarta adalah kota yang berlokasi strategis di Provinsi Jawa Tengah dan berada di tengah-tengah jalur darat. Sehingga kota Solo selalu ramai dikunjungi orang yang sedang dalam perjalanan untuk menuju ke kota lain.

Sejumlah tempat wisata di Solo memiliki kesan kuat akan sejarah dan kebudayaan dalam masyarakatnya, dan tetap eksis sampai sekarang. Solo merupakan tempat dengan tradisi Jawa yang kuat dan menjadi suatu kebanggaaan. Di sini, Anda bisa menemukan warisan budaya Jawa kuno. Berbagai pesona tempat wisata di Solo terlihat mulai dari keraton, wayang, kerajinan batik, kuliner, dan lain sebagainya.

1. Air Terjun Jumog

Air Terjun Jumog merupakan Jawa Tengah. Air terjun ini tak kalah indah dan menarik dari Air Terjun Grojokan Sewu Tawangmangu. Dengan jarak lebih kurang 40 Km dari Solo. Air terjun ini menawarkan sebuah wisata alam dengan panorama yang sangat mempesona. Biaya masuk kawasan air terjun cukup murah, yakni Rp 5,000 Anda sudah bisa bermain air di bawah air terjun sampai puas, serta menikmati keindahan Air Terjun Jumog.

2. Pandawa Water World Solo Baru
Pandawa Water World Solo Baru merupakan sebuah wisata air yang telah menjadi tempat wisata Solo yang terkenal, berlokasi di Solo Baru. Tempat wisata yang satu ini menawarkan wahana bermain air yang sangat menyenangkan untuk keluarga. Disertai fasilitas yang cukup lengkap sehingga cocok untuk semua kalangan. Biaya tiket masuk Pandawa Water World Solo Baru Rp.50,000 untuk hari senin sampai jum'at, dan Rp 100,000 untuk hari sabtu dan minggu.

3. Taman Balekambang
Taman Balekambang merupakan tempat wisata Solo yang sering difungsikan untuk berlibur pada saat akhir pekan. Taman ini berlokasi di Jalan Ahmad Yani. Taman Balekambang mempunyai luas lebih kurang sekitar 10 hektar, dibagi mejadi 2 bagian, antara lain Taman Air Partini dengan permainan perahunya dan Hutan Partinah dengan koleksi berbagai jenis tanamannya yang langka. Taman Balekambang difungsikan sebagai taman rekreasi dan edukasi mulai tahun 2008.

4. Keraton Surakarta

Keraton Surakarta merupakan sebuah museum dengan koleksi benda-benda kuno. Tempat wisata ini sangat ramai pengunjung. Hanya dengan membayar tiket masuk Rp 10,000 Anda sudah bisa berkeliling melihat koleksi benda yang ada dalam museum. Anda juga bisa berfoto dengan prajurit penjaga di keraton. Salah satu benda yang paling menarik di Keraton Surakarta adalah kereta kencana.

5. Tugu Lilin

Tugu Lilin merupakan sebuah monumen peringatan 25 tahun saat berdirinya Boedi Oetomo. Tugu Lilin berada di Jln. Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Bentuknya terbilang unik, yakni menyerupai sebuah lilin menyala. Tugu Lilin ini melambangkan suatu bentuk pengabdian dan semangat perjuangan seluruh bangsa Indonesia merebut kemerdekaan.

6. Grojogan Sewu Tawangmangu

Grojogan Sewu Tawangmangu adalah sebuah wisata Berlokasi di sebelah barat Gunung Lawu, tak jauh dari kota Solo, lebih kurang sekitar 37 Km sebelah timur kota Solo, tepatnya berada di Kab. Karanganyar. Tempat wisata ini sangatlah indah dan menyimpan jutaan misteri. Untuk masuk di Grojogan Sewu Tawangmangu, Anda harus membayar Rp 18,000 / orang.

7. Taman Sriwedari
Taman Sriwedari merupakan sebuah taman yang identik akan unsur sejarahnya. Taman Sriwedari berada di Kec. Lawiyan. Taman ini dibuat hanya untuk tempat rekreasi keluarga kerajaan. Taman Sriwedari yang menarik untuk dikunjungi. Di lokasi ini terdapat Gedung Wayang Orang Sriwedari, yaitu gedung kesenian wayang yang bertemakan cerita Mahabharata dan Ramayana.

8. Kampoeng Batik Kauma

ampoeng Batik Kauman merupakan salah satu obyek wisata Solo kategori wisata belanja. yang merupakan pusat kerajinan batik. Letak Kampoeng Batik Kauman tak jauh dari Keraton Kasunan Surakarta. Produk dari Kampoeng Batik Kauman mayoritas memiliki warna gelap dan bermotif modern. Produk batik dari Kampoeng Batik Kauman sendiri sudah terkenal di seluruh dunia, banyak wisatawan asing yang berlangganan batik di Kampoeng Batik Kauman. Harga batik di Kampoeng Batik Kauman bisa mencapai jutaan Rupiah.

9. Pasar Klewer

Pasar Klewer merupakan pusat tekstil terbesar di Solo. Pada setiap harinya lebih dari 2,000 pedagang yang tengah berjualan. Pasar Klewer berlokasi di sebelah alun-alun kota Solo. Di sini para pengunjung bisa menemukan berbagai jenis batik, mulai dari batik produksi dalam negeri, sampai batik produksi luar negeri. Seiring berjalannya waktu, sebagian para pedagang di Pasar Klewer mulai menjual pakaian lain selain batik, seperti seragam sekolah, jaket, kaos, dasi, dan jasa jahit sesuai dengan permintaan pelanggan.

10. Museum Manusia Purba Sangiran

Museum Manusia Purba Sangiran
Museum Manusia Purba Sangiran merupakan museum unik yang memiliki koleksi fosil-fosil manusia purba. Usia fosil-fosil ini mencapai 2 juta tahun hingga 200,000 tahun. Di sini, Anda bisa menemukan lebih dari tiga belas ribu koleksi fosil manusia purba. Museum ini juga merupakan museum paling lengkap yang ada di Asia. Tak hanya fosil manusia purba saja yang bisa Anda temukan di sini, namun juga ada koleksi fosil hewan, batu, tumbuhan, dan alat-alat yang dipakai manusia purba.

11. Museum Radya Pustaka Solo

Museum Radya Pustaka berlokasi di dekat Taman Sriwedari, museum ini merupakan salah satu museum tertua di Indonesia. Disini Anda bisa mengetahui bagaimana riwayat kota Solo pada masa lampau. Bahkan, Anda pun bisa melihat poreselen pemberian Napoleon Bonaparte untuk Sri Susuhunan Paku Buwana IV.

No comments:

Post a Comment